Jaranan Mataraman: Identitas Sejarah, Kearifan Lokal, dan Warisan Budaya Tak Benda Desa Sanan

Jaranan Mataraman: Identitas Sejarah, Kearifan Lokal, dan Warisan Budaya Tak Benda Desa Sanan

Jaranan Mataraman: Identitas Sejarah, Kearifan Lokal, dan Warisan Budaya Tak Benda Desa Sanan-Lady Khairunnisa-

Kota Blitar, dikenal sebagai Bumi Bung Karno, kaya akan sejarah dan budaya lokal. Salah satunya adalah Kesenian Jaranan Mataraman, yang sarat makna dan nilai-nilai luhur.

Jaranan Mataraman memiliki pakem kostum yang unik, melambangkan karakter dan status sosial dalam ceritanya.

Kostum itu terdiri dari blangkon jogja, lurik, selempang, celana kombor kethok bumbung, jarik motif parang barong, kaos motif Sakera, dan centing bergagang hitam.

Kesamaan kostum itu dengan visualisasi prajurit Mataram dalam buku The History of Java karya Thomas Stamford Raffles memperkuat identitas Jaranan Mataraman.

Kesenian tersebut juga mencerminkan kepercayaan abangan, seperti yang diungkapkan Clifford Geertz dalam bukunya Religion of Java

Dusun Sanan, dengan lokasi terpencil dan jauh dari pusat kota, menjadi tempat di mana nilai-nilai tradisional dan spiritual tetap hidup. Jaranan Mataraman menjadi simbol kuat kepercayaan abangan di benak masyarakat setempat.

Representasi Kuda dan Tipu Muslihat

Jaranan sering dikaitkan dengan cerita tentang prajurit gagah berani menunggang kuda. Namun, dalam buku "Reog di Jawa Timur" karya Soenarto Timoer, penari jaranan tidak lagi hanya melambangkan prajurit penunggang kuda, melainkan menjelma menjadi representasi kuda itu sendiri.

Pada masa kolonial, kuda dianggap sebagai simbol penindasan oleh kolonial Belanda. Sistem kelas menunjukkan bahwa rakyat jelata yang menunggang kuda akan dianggap sebagai bentuk perlawanan. Oleh sebab itu, masyarakat menciptakan strategi terselubung melalui kesenian Jaranan agar dapat lolos dari kecurigaan kolonial Belanda.

Berbagai Aliran dalam Jaranan

Kesenian Jaranan berkembang dengan berbagai aliran dan pakem yang berbeda-beda. Pakem dalam Jaranan berbeda dengan pakem kesenian di keraton, merujuk pada kesepakatan para seniman dalam mewariskan dan menampilkan kesenian itu secara turun temurun.

Berdasarkan pakemnya, Jaranan dapat dikategorikan menjadi beberapa aliran, sesuai dengan kesenian Jaranan di Blitar yang umumnya memiliki tiga pakem: aliran Pegon, aliran Senterewe, dan aliran Mataraman.

Aliran Pegon menampilkan karakteristik kepang yang kaku, sedangkan aliran Senterewe dipengaruhi oleh aspek gerakan tari-tarian Remo (Mahardika, 2020). Aliran Mataraman memiliki pakem yang unik dan kaya makna.

Identitas Budaya dan Warisan Tak Benda

Jaranan Mataraman bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan identitas budaya dan warisan tak benda Desa Sanan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: