Kenapa Mesti tentang Chairil Anwar? (1): Semangat Jiwa Petarung

Kenapa Mesti tentang Chairil Anwar? (1): Semangat Jiwa Petarung

Chairil Anwar bertemu dengan HB Yasin, Rovai Apin, dan Asrul Sani yang merupakan senior dan sahabatnya sejak masuk Batavia hingga wafatnya. --Rudolf Puspa


Pertemuan Rudolf Puspa dan Dery Sirna dengan Evawani (kiri), putri tunggal Chairil Anwar, sebelum memproduksi Aku, Chairil. --Rudolf Puspa

Bukan justru terus dikuasai pemangku kekuasaan yang ternyata hanya topeng. Karena di dalamnya tersembunyi kerakusan yang hanya memikirkan kepentingan pribadi atau golongan. Yang terparah adalah jongos-jongos kekuatan dari luar yang masih berpenyakit imperialis. Untuk itu, Chairil Anwar semakin tak peduli dan mau hidup seribu tahun lagi.

Jiwa “petarung” sebagai pemuda pewaris perjuangan para leluhur bangsa sedang dipertanyakan; apa masih ada gaungnya. Apa semangat kebangkitan bangsa merdeka masih bersinar terang yang justru bukan dengan 100 watt tapi lebih besar lagi sehingga menyadari bahwa kandungan sumber daya alam ternyata begitu dahsyat.

BACA JUGA:28 Semifinalis Ikuti Pembekalan Koko Cici Jatim, Belajar SOP Penugasan

Sumber daya alam adalah alasan terkuat sejak zaman lampau kenapa banyak negeri luar datang hingga menguasai bangsa pemilik aslinya lalu menguras isi kandungan alam raya Nusantara. Tujuan utama adalah untuk membangun negeri dan menyejahterakan bangsa mereka. 

Inilah teriakan Chairil Anwar masa kini. Yakni segeralah generasi ”now” yang terus bertumbuh kembang untuk melalui kekuatan teknologi yang menunjukkan perubahan-perubahan yang semakin canggih. Terjun menggali sendiri kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kesejahteraan bangsa kini dan ke depan. 

Semangat jiwa petarung itulah motif dalam pertunjukan musikal Aku Chairil.  Jika ”aku” bagi Chairil adalah perjuangan yang belum selesai maka selayaknya ”aku” zaman ”now” lahir sebagai aku-aku yang sadar negeri beserta kandungannya.

BACA JUGA:Ulang Tahun Thian Siang Sing Boo di TITD Kim Hin Kiong: Meneladani Cinta Tanpa Beda

Lalu mengarungi dan menyelamatkan serta menjadikan bahan bagi keselarasan kehidupan bangsa dan negara yang bernama Nusantara Indonesia. Indonesia merdeka dari penjajahan dalam bentuk apa pun baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri sendiri. 

Untuk menuju pementasan semalam, latihan selama tiga bulan diadakan dengan disiplin penuh dalam masing-masing peran. Mengorek, menggali watak, dan selanjutnya membawa pesan-pesan moral yang tersirat lewat pengadegan-pengadegannya.

Latihan di sanggar Teater Keliling di Cakung, Jakarta Timur, selalu dimulai pukul 05.00 hingga 10.00. Diawali dengan olah rasa. Untuk melihat respons penonton, latihan diadakan di halaman luas Museum Sejarah Jakarta/Museum Fatahilah, Jakarta Barat, secara terbuka. Respons penonton dadakan itu menjadi catatan penting sutradara untuk dibawa ke dalam pertunjukan. 

BACA JUGA:Pameran Pesona Jawa Timur oleh Anak Sanggar Merak Ati Surabaya Buktikan bahwa Setiap Anak adalah Seniman

Pun pertemuan dengan Evawani, putri tunggal Chairil Anwar yang masih bersemangat dalam usia 76 tahun. Dengan sangat akrab, ia menceritakan siapa ayahnya yang ia ketahui dari cerita ibunya yang membesarkannya. 

Maka, Teater Keliling sangat berterima kasih kepadanya. Semoga terjalin erat kebersamaan hati dengan penulis skrip dan sutradara serta semua yang terlibat untuk berdiri dan duduk sama tinggi. Berselancar di Bumi Pertiwi. Hari ini hingga ke depan tiada henti. (Rudolf Puspa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: