Darurat Kurikulum Keluarga

Darurat Kurikulum Keluarga

Ilusttrasi kenakalan remaja.--

Sayangnya, jika kita telaah kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah bahkan kampus-kampus, kita tidak pernah menjumpai adanya “kurikulum khusus” tentang “kurikulum keluarga”. Dunia pendidikan kita masih didominasi pola pikir dan tujuan untuk mencetak buruh atau pekerja. 

BACA JUGA:Pesta Narkoba di Jalan Kunti Surabaya Bubar, 11 Orang Diamankan 

BACA JUGA:Subuh-subuh, 200 Reserse Narkoba Gerebek Kampung Bahari, Puluhan Orang Diamankan

Program studi atau jurusan di perguruan tinggi misalnya, akan diberikan izin untuk beroperasi, jika memiliki proyeksi, lulusannya akan bekerja di mana atau sektor apa. Program Kedokteran Gigi, Kedokteran Hewan, Farmasi, Hukum, Sosiologi, Akuntasi, Teknik Informatika, Manajemen, dan sebagainya. Tetapi, tidak ditemukan adanya  Prodi Istri Shalihah, Prodi Suami Baik, Prodi Ayah Teladan, Jurusan Ibu Bertelapak Kaki Surga, dan sebagainya.

Mengapa kita tidak berpikir radikal bahwa anak-anak adalah potensi bangsa yang luar biasa? Jika anak itu diasuh dan dididik dengan benar, InsyaAllah ia akan menjadi potensi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Maka, kalau saja keluarga dan sekolah telah kokoh bermitra menjauhkan media yang dibaca dan dilihat oleh anak dari konten–konten pornografi dan pornoaksi, guru juga memberikan pemahaman akan dampak buruk, baik di dunia maupun di akhirat dari aktifitas penyimpangan seksual, bahaya narkoba, termasuk zina di dalamnya, Insya Allah, masa depan anak-anak kita terselamatkan dari virus-virus yang merusak.

Mengingat begitu urgennya, “empowering”  kurikulum keluarga”, sudah sepatutnya sekolah dalam hal ini, lebih fundamental lagi pemerintah, untuk segera mengintegrasikan “kurikulum keluarga” dalam tata kelola pendidikan karakter yang berdaya ubah. Dalam meningkatkan kapasitas orang tua mendidik anak, pemerintah dalam hal ini wajib hadir, untuk menjadikan isu ini sebagai isu sentral dan strategis, memberikan sosialisasi, pelatihan-pelatihan, pendampingan-pendampingan agar setiap orang tua memiliki “kurikulum keluarga” guna mendidik dan membina putra-putrinya di keluarga masing-masing dengan baik.

Dengan adanya “kurikulum keluarga“ diharapkan benar-benar mampu membentuk kepribadian anak yang integral, selaras dengan kehidupan di sekolah dan lingkungan keluarganya. Modal awal lahirnya “kurikulum keluarga” dapat diwujudkan dengan intensifnya komunikasi orang tua dengan sekolah, orang tua selalu menghadiri pertemuan yang mengulas perkembangan dan prestasi belajar anak di sekolah.  

BACA JUGA:Kepala BNN RI Pimpin Musyawarah Perencanaan di Surabaya: Sinergi Tangkal Peredaran Narkoba

BACA JUGA:Kampung Narkoba di Mojokerto Diobrak, Puluhan Pengguna Diamankan

Selain itu, orang tua juga harus mampu mengembangkan dan membiasakan anak ketika dirumah agar menerapkan apa yang sudah dipelajari di sekolah. 

Sekali lagi, tanggung jawab utama pendidikan anak itu ada pada orang tua, bukan pada sekolah, pemerintah, atau universitas. “wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan KELUARGAMU  dari api neraka ….” (QS.66: 6). Karena itu, penting dan mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orang tua bisa menjadi “Guru Keluarga”. Semoga, kelak di akhirat,  anak-anak kita tidak menuntut kita, karena mereka tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang benar.  AMIN. 


--

*) kandidat doktor di Program S-3 PSDM Universitas Airlangga

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: