Semarak Fete de la Musique, Hari Musiknya Prancis di Surabaya
Semarak Fete de la Musique, Hari Musiknya Prancis di Surabaya. Celia Noreen & Friends membawakan lagu-lagu bergenre gypsy jazz dalam Fete de la Musique, pada 15 Juni 2024 di AJBS Surabaya.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
Kelompok tersebut sebenarnya beranggotakan 30 orang. Namun, sebagian telah berumur dan tidak lagi melakukan breakdance. Tinggal 10 orang berusia muda yang masih aktif, dan tiga di antaranya tampil di Surabaya.
"Kami punya karakter semangat kekeluargaan. Kami semua bersaudara. Selain itu adalah kekuatan. Seorang breakdancer harus strong. Pun, harus bisa membuat kreasi gerakan," ungkap Wilfried.
Ketiganya mengaku telah belajar selama 10 tahun dan minimal menghabiskan dua jam sehari untuk berlatih.
Di halaman AJBS juga terdapat berbagai booth kuliner dan suvenir. Salah satunya milik ALIT Foundation. Mereka menjual berbagai macam bunga yang dihasilkan dari kebun mereka sendiri.
Ada pula pementasan French Karaoke Challenge. Beberapa peserta unjuk gigi menyanyikan lagu-lagu berbahasa Prancis. Salah seorang jurinya adalah Patrisna May Widuri, konduktor sekaligus pengajar musik di Amadeus Orkestra.
IFI pun menangkap popularitas K-Pop di Indonesia, khususnya di Surabaya. Mereka menggelar kompetisi K-Pop Dance. Beragam peserta mengenakan kostum ala K-Pop. Ada yang mewarnai rambutnya, mengenakan riasan Korean Look, hingga busana silver dengan atasan putih.
Semarak Fete de la Musique, Hari Musiknya Prancis di Surabaya. Grup peserta K-Pop Dancer dalam gelaran Fete de la Musique menampilkan koreografi mereka di depan pengunjung.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
Salah seorang jurinya adalah Sekar Alit, founder Sawung Dance Surabaya. "Secara karakteristik, K-Pop dance itu cenderung meniru idola mereka masing-masing. Jadi saat menari, ketika menirukan seseorang, rasanya seperti menjadi diri idolanya tersebut," ungkapnya.
Untuk musik, terdapat penampilan Tharsan Sharma, kelompok jazz asal Malaysia. Kemudian Celia Noreen & Friends, grup jazzy dari Surabaya. Grup yang dikomandoi Celia Noreen tersebut membawakan genre gypsy jazz dan bossanova.
BACA JUGA:Surabaya Jazz Week, Ada Tampilan Musik Dangdut Berirama Jazz
Genre gypsy jazz yang riang sesuai dengan semangat masyarakat Surabaya yang selalu gembira dan bersemangat. Selain dua lagu karya pribadi, mereka juga membawakan dua lagu berbahasa Prancis. Yakni For Me Dable (Charles Asnavour) dan C'Est Bon (Henri Betty).
"Dua lagu sisanya ciptaan saya sendiri. Yaitu Ke Soerabaja dan Without You. Yang pertama tentang kuliner Kota Pahlawan, yang kedua tentang kisah cinta sepasang kekasih," ujar Celia, musisi belia berusia 16 tahun itu.
Fete de la Musique ditutup dengan Legiteam Obstruxion yang tampil kembali. Mereka diiringi dua DJ asal Prancis. Yakni DJ Officium dan DJ Tzii. Mereka kembali melakukan gerakan-gerakan akrobatik.
Fete de la Musique akan kembali digelar tahun depan. Di Indonesia, pergelaran itu sejauh ini hanya berlangsung di dua tempat. Yakni di Jakarta dan Surabaya. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: