KDMI 2024 di Universitas Ciputra: Akreditasi Juri, Tantangan dan Pembelajaran

KDMI 2024 di Universitas Ciputra: Akreditasi Juri, Tantangan dan Pembelajaran

Iqbal Adam Umri (kanan) bersama Michelle Annetta Santoso (kiri) dua mahasiswa yang mengikuti akreditasi juri debat di KDMI 2024 di Universitas Ciputra, Kamis 18 Juli 2024-Michael Fredy Yacob-

Karena itu, mahasiswi semester tiga tersebut sangat grogi saat hari pertama menjadi juri, kemarin. Dia takut salah memberikan nilai kepada peserta. Apa yang diberikan harus bisa dipertanggungjawabkan.

“Saya sekarang menjadi wakil juri. Rasa deg-degan. Rasa takut pasti ada. Karena baru pertama kali. Kebetulan ikut debat juga baru pertama kali saat masuk UC. Ini lingkungan baru lah buat saya. Banyak persiapan. Termasuk bertanya kepada pelatihnya,” bebernya.

Baginya, akreditasi itu hanya tujuan akhir. Terutama dari itu semua adalah belajar. Serta mencari pengalaman baru di luar bangku kuliah.

“Sempat takut kasih nilai. Karena, debat itu kan sangat subjektif. Jadi, saya awalnya takut kasih nilai,” bebernya.

Untuk menjadi juri itu, dia pun mengikuti seleksi terlebih dahulu. Setelah itu, dirinyi mewakili kampus untuk menjadi juri.

“Awalnya saya itu pendebat. Tapi, di KDMI ini, saya didelegasikan untuk menjadi juri. Jadi timbul keinginan untuk mau belajar,” ucapnya.

BACA JUGA: 108 Kampus Ikut Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia di Universitas Ciputra

BACA JUGA:Hadirkan Jawara MasterChef, Taste of Australia Digelar di Universitas Ciputra

Menurutnya, belajar sebagai juri sangat menunjang dirinya untuk menjadi pendebat. Karena, dia bisa bisa memahami apa saja yang diinginkan oleh juri. “

Dari sini saya bisa memahami nantinya ketika saya menjadi peserta debat. Ketika saya tidak lolos menjadi juri,” katanya.

Sementara itu, Iqbal Adam Umri, juri yang juga ikut sertifikasi mengaku dirinya sebenarnya bukan pendebat. Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu hanya aktif berorganisasi. Tapi, begitu ada seleksi untuk menjadi juri di KDMI, ia mencoba ikut.

“Ternyata saat seleksi, saya bisa lolos. Saya ambil saja kesempatan itu. Saya tidak ingin menang. Saya hanya ingin belajar bagaimana menjadi seorang pendebat. Karena, ketika kita mendengar peserta berdebat, kita juga ikut menulis. Di situ kita belajar,” bebernya.

Menurutnya, pengalaman pertama jadi juri sangatlah berat. Kepikiran. Deg degan. Capek. Semua menjadi satu.

“Demi belajar, sepertinya itu semua dikesampingkan dulu deh. Tapi perasaan campur aduk itu ada. Hanya saja, kita harus tetap profesional,” tegasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: