Cara Memaafkan Diri Sendiri setelah Alami Kegagalan
Memaafkan diri sendiri adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan untuk masa depan. Sebab, jika diri sendiri tidak diberi maaf, siapa lagi yang akan benar-benar mendukung perjalanan hidup yang masih panjang di depan sana. -studioroman-
HARIAN DISWAY - Kegagalan sering kali datang tanpa memberi aba-aba. Ia hadir saat seseorang merasa sudah mengerahkan seluruh kemampuan.
Ketika itu terjadi, rasa kecewa, marah, hingga penyesalan bisa menghantam bertubi-tubi. Ada yang mampu bangkit dengan cepat. Tetapi tak sedikit pula yang tertahan oleh rasa bersalah terhadap dirinya sendiri.
Memaafkan diri setelah gagal bukanlah proses yang mudah. Namun, hal itu menjadi langkah penting agar seseorang bisa kembali melangkah. Tidak terhenti di masa lalu.
Sebelum memaafkan diri, seseorang perlu terlebih dahulu menyadari apa yang sebenarnya telah terjadi. Pengakuan terhadap kegagalan bukan berarti menghakimi diri sendiri. Melainkan bentuk keberanian untuk melihat kenyataan secara jujur.
BACA JUGA: Fenomena Quarter Life Crisis: Mengapa Usia 20-an Jadi Fase Paling Membingungkan?
BACA JUGA: 5 Tanda Bahwa Anda Toxic pada Diri Sendiri
Penelitian yang dipublikasikan oleh National Library of Medicine menyebut bahwa pengakuan atas kesalahan merupakan salah satu komponen utama dalam proses self-forgiveness atau memaafkan diri sendiri.
Dengan memahami di mana dan kapan kesalahan muncul, seseorang memiliki pijakan untuk mulai memperbaiki diri.
Selain mengenali apa yang salah, pemahaman mengenai penyebabnya juga sangat diperlukan. Itu menjadi jawaban mengapa kegagalan terjadi.
Mungkin ada kekurangan dalam persiapan, ada situasi yang tidak terduga, atau ada faktor yang berada di luar kendali.
BACA JUGA:Self-reward Dianggap Kebutuhan Bukan Tren, Mengapa?
BACA JUGA:Menerapkan Self Love di tengah Gempuran Overthinking
Dalam jurnal lain, self-forgiveness disebut dapat meningkatkan kontrol diri dan daya tahan mental (resilience), yang membantu seseorang melihat kegagalan sebagai pengalaman belajar. Bukan akhir segalanya.
Cara pandang itu mengubah kegagalan menjadi bagian dari proses bertumbuh. Bukan sebagai kegagalan diri secara keseluruhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: