Cara Memaafkan Diri Sendiri setelah Alami Kegagalan

Cara Memaafkan Diri Sendiri setelah Alami Kegagalan

Memaafkan diri sendiri adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan untuk masa depan. Sebab, jika diri sendiri tidak diberi maaf, siapa lagi yang akan benar-benar mendukung perjalanan hidup yang masih panjang di depan sana. -studioroman-

Namun, memahami penyebab belum cukup tanpa menerima perasaan yang datang bersamanya. Rasa malu dan sedih adalah emosi yang manusiawi.

Yang penting adalah tidak membiarkan emosi itu berlarut-larut. Apalagi hingga membuat seseorang membenci diri sendiri.

BACA JUGA:Self Reward sebagai Penunjang Produktivitas Gen Z

BACA JUGA:Self Reward dan Healing, Sama-sama Self Care, Beda Tujuan

Penelitian menunjukkan bahwa memaafkan diri berkaitan dengan berkurangnya kecemasan dan depresi. Sehingga seseorang bisa hidup lebih tenang setelah melewati situasi sulit.


Kegagalan sering kali datang tanpa memberi aba-aba. Ia hadir pada saat seseorang merasa sudah mengerahkan seluruh kemampuan. --pinterest

Memberikan ruang untuk merasakan kecewa lalu perlahan-lahan melepaskannya. Itu dapat menjadi bentuk kepedulian pada kesehatan emosional diri.

Menerima diri apa adanya juga menjadi unsur penting dalam proses pemulihan. Dalam psikologi, konsep self-compassion atau belas kasih terhadap diri sendiri memiliki hubungan erat dengan kemampuan seseorang untuk memaafkan dirinya.

Ketika seseorang mengingat bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan dan bisa melakukan kesalahan, ia tidak akan merasa sebagai satu-satunya yang gagal di dunia ini.

Ada kalimat sederhana yang bisa membantu: “Saya sedang belajar. Saya pantas memperoleh kesempatan kedua”. Kalimat itu bukan sekadar penghiburan. Tetapi pengingat bahwa perjuangan belum selesai.

BACA JUGA: Mengenal dan Menghargai Diri Sendiri Melalui Terapi Media Foto di Sheraton Surabaya

BACA JUGA: 4 Cara Mudah Jaga Lingkungan, Mulai dari Diri Sendiri

Perjalanan memaafkan diri juga menuntut langkah nyata. Tanpa tindakan perbaikan, proses itu bisa berhenti hanya pada rasa pasrah.

Oleh sebab itu, seseorang perlu membuat rencana baru, langkah yang lebih terarah, dan kebiasaan yang membantu mencegah kegagalan serupa.

Menulis target harian, meminta umpan balik dari orang yang dipercaya, atau menata ulang strategi bisa menjadi titik awal kebangkitan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: