Petik Laut Desa Padelegan, Madura (2): Replika Perahu Raden Marsodo dilarung di Selat Madura

Petik Laut Desa Padelegan, Madura (2): Replika Perahu Raden Marsodo dilarung di Selat Madura

Petik Laut Desa Padelegan, Madura: Replika Perahu Raden Marsodo dilarung di Selat Madura. Replika perahu Raden Marsodo berisi sesaji yang dilarung di tepi laut lepas menjadi salah satu prosesi dalam tradisi Petik Laut.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY


Petik Laut Desa Padelegan, Madura: Replika Perahu Raden Marsodo dilarung di Selat Madura. Warga Desa Padelegan menyaksikan perahu pertama yang berlayar ke tengah laut dalam tradisi Petik Laut.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Sesaji-sesaji itu disiapkan di rumah Seniman, juru kunci atau sesepuh Desa Padelegan. Posisi juru kunci diwariskan secara turun-temurun. Sudah lebih dari puluhan generasi. Dipercaya sosok juru kunci pertama bernama Mbah Sawo.

BACA JUGA:Tradisi Unik 1 Muharram di Berbagai Negara, dari Makan Bubur Sampai Mandi Lumpur

Maka, upacara Petik Laut adalah wujud rasa syukur warga Desa Padelegan atas melimpahnya hasil laut. Meski zaman telah serba maju dengan teknologi digital dan semacamnya, tradisi itu tetap dilakukan dan disambut dengan antusias.

Kepala Desa atau Klebun Desa Padelegan Ibnu Hajar menyebut bahwa pernah ada tokoh-tokoh agama yang kurang sepakat dengan tradisi tersebut. Sebab, dianggap memasukkan unsur-unsur seperti sesaji dan sebagainya. 

Namun, pihak perangkat desa telah duduk bersama dengan para agamawan tersebut. Tercapai kesepakatan. Bahwa Petik Laut tidak bisa dihilangkan atau dilarang. Karena sudah menjadi tradisi turun-temurun. "Pun, ada tradisi Islam juga dalam praktiknya. Yaitu penyelenggaraan istighasah sebelum acara dan semangat silaturahmi antar-warga saat acara berlangsung," ungkapnya.

BACA JUGA:Sholawat Camp 2024 Sukses Digelar, Hadirkan Salawat Tradisional hingga Modern

Pukul sepuluh siang pada 22 Juli, satu per satu warga naik ke atas perahu. Sebanyak 100 perahu disiapkan. Dihias berwarna-warni. Dipasang berbagai ornamen cantik dan lampu-lampu gantung. Perahu pun berlayar ke tengah laut. 

Harian Disway berada dalam satu kapal bersama Supatmo, tokoh nelayan Padelegan. Ombak laut cukup besar. Namun, Supatmo menyebut bahwa kondisi itu biasa saja. "Kalau sedang besar, tinggi ombaknya bisa 4-5 kali lipat dari yang sekarang ini," ungkap pria 68 tahun itu.

Semakin jauh, Pulau Madura semakin terlihat kecil. Di depan, bayang puncak gunung terlihat jelas. Cuaca memang sangat cerah. Beberapa ikan kecil tampak melompat. Lalu terdapat sejenis ikan dengan ujung mulutnya yang menyerupai pedang. Melesat dengan kecepatan tinggi di bawah air. 


Petik Laut Desa Padelegan, Madura: Replika Perahu Raden Marsodo dilarung di Selat Madura. Sesaji di dalam replika perahu Joko Marsodo dilarung di tengah laut di Selat Madura.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Makna di Balik Bubur Sengkolo yang Jadi Tradisi Suku Jawa

Saat sampai di tengah laut, perahu-perahu itu berkerumun. Menyisakan ruang kosong tepat di tengah. Salah satu perahu yang membawa miniatur perahu Raden Marsodo, meletakkan replika perahu itu di atas air. Di dalamnya terdapat aneka sesaji.

Masyarakat terlebih dulu berdoa bersama. Suasana hening sejenak. Setelah usai, replika perahu itu terombang-ambing di tengah laut. Perahu-perahu yang ditumpangi warga pun kembali ke Pantai Padelegan. 

Tradisi itu adalah gambaran kesungguhan masyarakat untuk melestarikan tradisi. Budaya masyarakat maritim yang tak lekang zaman. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway