Di Balik Kematian Haniyeh

Di Balik Kematian Haniyeh

Ismail Haniyeh.-AP Photo-Adel Hana-

Kedua, perbedaan strategi peningkatan citra internasional Fatah dan Hamas tentu menjadi jurang di antara keduanya. Hamas tidak mengakui two-state solution, sedangkan kubu Fatah justru sebaliknya.

Peningkatan Eskalasi di Tingkat Lebih Tinggi

Gencatan senjata antara Palestina-Israel sepertinya akan berakhir lebih cepat. Kematian Ismael Haniyeh membawa duka yang mendalam bagi Hamas. Wajar memang, ketika tokoh sentral serta kerabat-kerabatnya telah gugur di “medan pertempuran”. 

Solidaritas Iran terhadap konflik Palestina-Israel terlihat pada saat beberapa jam setelah gugurnya Ismael Haniyeh direspons Hamas. Sikap Hamas lantas diteruskan dengan pernyataan Pemerintah Iran untuk mempersalahkan Israel atas kematian Ismael Haniyeh. 

BACA JUGA:HRW Rilis Laporan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Atas Serangan Hamas ke Israel 7 Oktober 2023

BACA JUGA:Israel Berikan Klarifikasi Usai Bakar Hangus Pengungsian di Rafah: Pembalasan Untuk Serangan Roket Hamas

Hal ini mengindikasikan keberlangsungan dari konflik di Timur Tengah, antara lain karena Iran adalah salah satu negara yang menyuplai Hamas dengan alutsista untuk melawan Israel. Selain alutsista, dukungan Iran berupa pelatihan militer khususnya dari Pasukan Quds yang merupakan unit elite IRGC. Selain itu kondisi ini juga akan mendorong Mesir untuk menunjukkan simpatinya, karena dugaan yang berkembang selama ini terjadi pengiriman senjata melalui jalur terowongan rahasia dan jalur laut ke Jalur Gaza.

Masih segar di ingatan kita, Israel terus berbalas roket dengan Iran yang mana sebelumnya menewaskan Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan jajaran. Tidak kalah dengan Iran, Palestina sendiri juga telah berimprovisasi dalam teknologi persenjataan roket Qassam, mortir, dan bahan-bahan peledak menggunakan bahan-bahan yang dapat diakses di Gaza atau diselundupkan dari luar. 

Haniyeh yang bergabung Hamas sejak intifada pertama 1980an memiliki peran penting dalam mendorong Brigade Izz ad-Din al-Qassam, untuk menggunakan produk-produk yang dihasilkan sendiri oleh Hamas.

Timur Tengah Semakin Panas

Setidaknya, ada beberapa indikasi ke depan jika Ismail Haniyeh tidak lagi menjadi kompas moral dari pergerakan Hamas. Pertama, perubahan kepemimpinan yang tentu akan mengubah karakter dari kebijakan. Wakil Kepala Biro Politik Saleh Al-Rouri juga telah meninggal awal Januari 2024, sehingga menghasilkan kevakuman dalam kepemimpinan Hamas di level puncak elite. Strategi tentu akan berubah berkaitan pada rekonsiliasi dengan Fatah yang sebelumnya telah dicoba untuk dibangun oleh Haniyeh sendiri yang menduduki tampuk organisasi tertinggi. 

BACA JUGA:Israel-Hamas Tolak Perintah Penangkapan Dari ICC, Amerika Ikut Kebakaran Jenggot

BACA JUGA:Jaksa ICC Buat Surat Perintah Penangkapan untuk Israel dan Hamas

Kedua, hubungan Hamas dengan dunia luar akan berubah setidak-tidaknya mengingat citra Hamas yang sejauh ini telah dibangun lebih kooperatif daripada sebelumnya. 

Ketiga, potensi ketegangan dan pengaruh perlawanan tentu sedikit banyak juga berpengaruh dalam konteks konflik dan negosiasi Hamas dan Fatah ke depan dalam merepresentasi Palestina. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: