ARTJOG 2024 Berakhir Besok 1 September 2024, Ribuan Pengunjung Puas Berinteraksi dengan Karya Seni Pilihan

ARTJOG 2024 Berakhir Besok 1 September 2024, Ribuan Pengunjung Puas Berinteraksi dengan Karya Seni Pilihan

Di depan kompleks Jogja National Museum, ARTJOG 2024 sudah menyambut pengunjung dengan karya komisi hasil kolaborasi oleh Agus Suwage dan Titarubi. -ARTJOG 2024-

Lain halnya dengan Asmoadji dari Jakarta. Ia mempresentasikan fenomena pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan lahan yang tidak seimbang di kota besar melalui karyanya Kota Baru.

BACA JUGA: 12 Perupa Komperta Sidoarjo Ramaikan Pameran Lukisan Rindu Berbisik

Dengan bahan-bahan berupa seng bekas, potongan kayu lapis, boneka, objek sehari-hari, dan stiker, karya itu mencerminkan pengamatannya terhadap lingkungan perkampungan di tengah keberadaan gedung-gedung tinggi di sekitar tempat tinggalnya. 

Sebagai ruang pertemuan antara seni dengan publiknya, ARTJOG 2024 tidak hanya menawarkan rangkaian program-program pendukung yang dapat dinikmati oleh pengunjung, tetapi memberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan karya.

Misalnya, Koh Kai Ting dan Aw Boon Xin dari Singapura dan Malaysia. Keduanya mempresentasikan permainan kata palindrom, misalnya "kutu saya" dan "kutu Anda", serta hubungan kutu dengan kehidupan manusia.

BACA JUGA: Sambut Hari Kota Dunia, Pameran Lukisan Beyond Vision: Budaya Turut Membangun Kota

Karya Kutuku and Kutumu ini ditampilkan bersama instalasi seprai dan pakaian yang digantung, sekaligus token NFC yang dapat dipindai untuk memunculkan gambar kutu dalam augmented reality yang interaktif.
Koh Kai Ting dan Aw Boon Xin dari Singapura dan Malaysia. Keduanya mempresentasikan permainan kata palindrom, misalnya --ARTJOG 2024

Sementara itu, Trio Muharam (Bandung) mendorong pengunjung untuk menebak ilustrasi teknik grafis Muharam yang ditampilkan dengan susunan QR Code pada karya Noir: Under Construction History of Surealism and Consumerism Days.

Pengunjung dapat memindai kode tersebut untuk mendapatkan ilustrasi yang tersembunyi di baliknya yang dapat dicetak pada struk belanja dan dibawa pulang. Gambar-gambar itu memuat peristiwa sehari-hari tokoh rekayasa yang dibuat olehnya.

BACA JUGA: Jadi Pepeling, Nabila Dewi Gayatri Ingatkan dengan Pameran Lukisan Tunggal Owah Gingsir

Bertumpu pada fitur teknologi Electroencephalograph (EEG) sebagai protokol untuk membaca memori dan kinerja otak manusia, Brain Dead: A Circuit of Mind karya Nona Yoanishara (Yogyakarta) berusaha mempermainkan batas antara realitas dan dunia virtual.

Pengunjung diajak menyelami pemikiran manusia yang kompleks dan dinamis. Menariknya, pengunjung berkesempatan menggunakan instalasi helm yang dapat membaca kondisi otak pemakainya yang ditampilkan dalam bentuk grafik pada layar. 

Di ujung lorong lantai tiga gedung pamer, Julian Abraham ‘Togar’ dari Jakarta. Ia ingin mengajak pengunjung untuk mengalami perhentian sementara dalam bentuk ruangan yang dilengkapi dengan instrumen musik.

BACA JUGA: Kontrasnya Dua Sisi Hence Virgorina yang Tertuang dalam Pameran Lukisan Dua Sisi

Karya berjudul Ruang Elok Sarat Tempo ini bermaksud untuk memberi pengalaman kepada pengunjung untuk merasakan dan memahami bunyi secara akrab melalui interaksi intim dengan alat-alat musik yang dapat dimainkan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: