Dua Kekerasan di Sekolah oleh Guru pada Murid, Kualitas Perlindungan Anak Dipertanyakan

Dua Kekerasan di Sekolah oleh Guru pada Murid, Kualitas Perlindungan Anak Dipertanyakan

Dalam beberapa hari belakangan berseliweran pemberitaan seputar kekerasan pada anak yang pelakunya adalah guru sekolah kepada muridnya. Para siswa ini telah menjadi korban dari hukuman guru yang bersikap berlebihan. --

Namun hingga saat ini kekerasan pada anak terus berulang. Masih banyak sekolah yang belum menyiapkan TPPK sesuai prosedur pemerintah. Menyeleksi guru semestinya yang bukan hanya cerdas tapi mendidik.

BACA JUGA: Borneo FC vs Persita 0-0, Pesut Etam Gagal Gusur Persebaya 

Serta masih harus didukung berbagai kebijakan mendukung perlindungan anak yang harus terus mengalami penyesuaian. Terkait kekerasan di sekolah yang dilakukan guru kepada siswa ini ada pendapat Arif Budi Prasetya S.I.Kom., M.I.Kom.

Kekerasan yang terjadi di sekolah harus menjadi perhatian serius di lingkungan pendidikan. Fenomena ini ditangkap oleh tim dari Universitas Brawijaya yang kemudian mengadakan pelatihan khusus.

Yakni untuk melakukan pencegahan dan pembelajaran antikekerasan dan perundungan. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya itu  mengungkapkan kekerasan di sekolah dapat mengganggu proses belajar-mengajar.

BACA JUGA: Santri di Blitar Tewas Dihantam Kayu Berpaku oleh Gurunya karena Tak Segera Salat Duha

Juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman, dan berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan emosional siswa. “Upaya pencegahan kekerasan di sekolah menjadi penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan positif,” katanya.

Menurut Arif, ada 4 jenis kekerasan yang biasa terjadi di sekolah yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan, psikologis dan kekerasan cyber. Ada dampak psikologis dan akademis jika hal ini terus terjadi. 

“Bisa muncul stres dan kecemasan, rasa takut dan gangguan tidur, hingga depresi dan perasaan terisolasi. Sementara dampak akademis bisa membuat menurunnya konsentrasi dan motivasi belajar hingga penurunan prestasi akademik,” papar Arif.

BACA JUGA: Diduga Usai Dihukum Squat Jump 100 Kali oleh Guru Agama, Siswa SMP di Deli Serdang Meninggal Dunia

Alumni Magister Ilmu Komunikasi UB ini menjelaskan ada faktor internal dan eksternal yang membuat kekerasan sekolah terjadi. Faktor internal seperti masalah emosional dan mental, perilaku agresif dan kurangnya keterampilan penyelesaian masalah.

Sementara faktor eksternal seperti pengaruh lingkungan keluarga yang tidak sehat, terpapar media kekerasan dan pengaruh lingkungan sekolah yang tidak kondusif,” jelasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: