Sorgum Jadi Solusi Ketahanan Pangan di Tengah Cuaca Ekstrem
Sorgum potensi menjadi alternatif ketahanan pangan di tengah cuaca ekstrim-homecare24.id-
HARIAN DISWAY - Permasalahan yang dialami petani tak henti-hentinya menjadi persoalan serius dalam negeri.
Mulai dari kurangnya minat anak muda menjadi petani milenial hingga cuaca ekstrim di Indonesia yang menjadikan sebagian petani harus gagal panen.
Menurut Bank Indonesia petani di Indonesia dinilai tidak sejahtera, bahkan di situasi Indonesia menduduki penjualan harga beras termahal di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dalam satu dekade terakhir.
Staf Bidang Pengaduan dan Hukum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Rio Priambodo, merespon terkait Penelitian Bank Dunia soal harga beras di Indonesia termahal se ASEAN harus menjadi evaluasi pemerintah.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Jatim Terbaik di Pulau Jawa, Motor Penggerak Pembangunan Nasional
BACA JUGA:5 Alasan Sagu Jadi Andalan Ketahanan Pangan Nasional
“Mengevaluasi lagi produksi beras dalam negeri yang harus ditingkatkan, untuk mencukupi kebutuhan nasional,” terangnya mengutip dari Liputan6.com
Kendati demikian, tidak berbanding lurus, petani di Indonesia dinilai tidak sejahtera menurut Bank Dunia. Petani harus mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk kebutuhan subsidi pupuk, akibatnya produktivitas pertanian menurun.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk mendata minimnya produktivitas membuat rata-rata pendapatan petani nasional tumbuh kurang 1% per tahun. Pemerintah masih kurang dalam memfasilitasi sumber daya manusia.
“Penelitian dan penyuluhan pertanian biasanya mempunyai keuntungan yang cukup tinggi dalam kaitannya dengan pertumbuhan produktivitas,” ungkap Turk dalam Indonesia International Rice Conference 2024, Kamis, 19 September 2024.
Persoalan berlanjut, jumlah orang yang berprofesi sebagai petani kian menurun. Menurut Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, sedikit anak muda yang berkeinginan menjadi petani.
“Seluruh kepala negara dari berbagai belahan dunia, semuanya menyatakan was was dan khawatir, karena regenerasi petani cukup mengkhawatirkan di masing-masing negara,” ucapnya dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu, 2 Oktober 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: