Kontroversi Karangan Bunga, Presiden BEM Unair: Jangan Sekali-kali Intervensi Mahasiswa
Presiden BEM Universitas Airlangga, Aulia Thaariq Akbar (kiri)-instagram.com/athaariq_akbar-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Keberanian BEM FISIP Universitas Airlangga (Unair) memasang karangan bunga satire untuk Presiden Prabowo dan Wapres Gibran berujung pembekuan pengurus oleh dekanat.
Bukannya mereda, keputusan sepihak itu justru memicu kemarahan publik dan riuh media sosial. Kritik terhadap kebebasan berekspresi akademik justru semakin lantang.
Presiden BEM Universitas Airlangga Aulia Thaariq Akbar melontarkan kritik tajam kepada Dekanat FISIP Unair.
BACA JUGA:Pengakuan Dekan Atas Pembekuan Pengurus BEM FISIP Unair: Betul, Karena Sudah Viral
Atha meminta pihak dekanat untuk jangan sekali-sekali mengintervensi mahasiswa. Khususnya terhadap kebebasan berekspresi dalam ranah akademik.
"Peristiwa ini tentunya merupakan sebuah pembelajaran bersama, terutama untuk kampus dan Dekanat FISIP Unair," ujar mahasiswa Ilmu Politik tersebut.
Atha mengatakan bahwa pencabutan status pembekuan BEM FISIP Unair adalah kemenangan bersama.
"Sebagai bentuk solidaritas, kemenangan juga penanda bahwa sebagai mahasiswa jangan takut untuk melakukan kritik," tandas Aulia Thaariq Akbar.
Diberitakan sebelumnya, karangan bunga berisi ucapan selamat untuk Prabowo-Gibran dipasang BEM FISIP Unair di Taman Barat Kampus Unair B, Selasa, 22 Oktober 2024 lalu.
Tertera foto Presiden Prabowo Subianto dengan jabatan Ketua Tim Mawar dan foto Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sebagai admin Fufufafa.
Namun, karangan bunga yang dibuat bukan lah karangan pada umumnya. Tidak ada puji-pujian dalam karangan bunga berbentuk segi panjang tersebut, melainkan kalimat yang cukup satire.
”Selamat: Atas dilantiknya jenderal bengis pelanggar HAM dan Profesor IPK 2,3 sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi,” begitu tulisan dalam karangan bunga.
Kemudian pada bagian akhir, tertulis bahwa karangan bunga tersebut berasal dari: Mulyono (Bajingan Penghancur Demokrasi).
Tiga hari setelah pemasangan, Dekanat membekukan pengurus BEM FISIP Unair. Alih-alih mereda, sikap dekanat justru membuat publik semakin panas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: