Mengembalikan Naluri Berbahasa Indonesia

Mengembalikan Naluri Berbahasa Indonesia

ILUSTRASI mengembalikan naluri berbahasa Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BAHASA INDONESIA merupakan salah satu pilar penting dalam membangun identitas bangsa. Sejak dideklarasikan pada Sumpah Pemuda tahun 1928, bahasa itu menjadi simbol pemersatu dalam keragaman, bahasa komunikasi nasional, dan cermin jati diri bangsa. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan fenomena yang memprihatinkan. Di antaranya, terkikisnya penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah resmi, menurunnya kecintaan berbahasa Indonesia, khususnya di kalangan generasi Z, dan meningkatnya penggunaan bahasa asing.

Sartini (Harian Disway, 22 Oktober 2024) mengajak masyarakat untuk memperkuat rasa bangga terhadap bahasa Indonesia di tengah tren penggunaan bahasa asing yang makin populer. 

BACA JUGA:Bulan Bahasa 2024 SMA Santo Carolus Surabaya, Cinta Bahasa Indonesia Lestarikan Budaya Daerah

BACA JUGA:Tantangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional

Melalui momentum Bulan Bahasa, Sartini menekankan pentingnya peran pendidikan dan komunitas dalam meningkatkan literasi dan apresiasi terhadap bahasa sebagai bagian dari identitas bangsa.

EROSI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Salah satu fenomena yang mencuat di tengah arus globalisasi adalah meningkatnya penggunaan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dalam berbagai sektor, baik di dunia akademik, bisnis, maupun pemerintahan. 

Tidak sedikit acara kenegaraan, forum internasional, bahkan kegiatan resmi pemerintahan yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia malah lebih banyak disampaikan dalam bahasa asing. 

BACA JUGA:Bahasa Indonesia Itu Unik

BACA JUGA:Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Unesco, Ini 5 Negara Mempelajarinya di Kampus

Penggunaan bahasa Indonesia di forum-forum kenegaraan makin terpinggirkan meski UU Nomor 24 Tahun 2009 telah mengamanatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam komunikasi resmi di lingkungan pemerintahan dan kedinasan.

Bahasa Indonesia acap kali dirasa tidak cukup mampu menawarkan istilah teknis perkembangan global. Akibatnya, bahasa asing (Inggris) mulai merasuk, bahkan dalam domain yang seharusnya tetap menjunjung tinggi penggunaan bahasa nasional. 

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa generasi muda, terutama generasi Z, akan makin jauh dari kecintaan terhadap bahasa Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: