Logika Mistika: Ferry Irwandi, Pesulap Merah, dan Tan Malaka

Logika Mistika: Ferry Irwandi, Pesulap Merah, dan Tan Malaka

ILUSTRASI Logika Mistika: Ferry Irwandi, Pesulap Merah, dan Tan Malaka.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Orang-orang yang menekuni ilmu pengetahuan tak jarang mendapatkan tekanan dan intimidasi. Dampaknya, ilmu pengetahuan di Eropa tidak begitu berkembang apabila dibandingkan dengan Timur Tengah yang pada saat itu mengalami masa gemilang ilmu pengetahuan. 

Pemikiran Tan Malaka itu tetap relevan hingga kini, terutama ketika praktik-praktik berbasis mistik masih sering terlihat. Tentu saja pemikiran tersebut sangat berbahaya dalam masyarakat. 

Logika mistika akan melahirkan masyarakat yang terbelakang dan malas untuk berpikir. Akibatnya, masyarakat akan membuat putusan-putusan buruk yang tidak didasarkan pada akal sehat. Masyarakat membuat putusan-putusan berdasar wangsit dan apa yang diperintahkan oleh ”orang sakti”.

Masyarakat yang terjebak pada logika mistika tentu akan menghasilkan pemerintah dengan cara berpikir yang sama pula. Salah satu contohnya adalah penggunaan jasa pawang hujan di acara yang diselenggarakan pemerintah. 

Yang paling fenomenal adalah pawang hujan di acara Internasional sekelas MotoGP. Dalam kasus pawang hujan tersebut, tentu akan muncul pertanyaan yang mendasar. Bagaimana laporan pertanggungjawaban keuangan negara apabila menggunakan jasa pawang hujan? 

Bagaimana cara memverifikasi metode kerja dari pawang hujan sehingga pawang hujan tersebut layak untuk dibayar jasanya? 

Tan Malaka pernah berkata, ”Ingatlah! bahwa di dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi.” Ferry Irwandi dan Pesulap Merah menjadi penyambung dari suara keras Tan Malaka tersebut. 

Mereka berusaha menyadarkan masyarakat untuk berpikir rasional. Melalui konten-kontenya di media sosial, Ferry Irwandi dan Pesulap Merah berusaha untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mudah tertipu oleh orang yang mengaku sakti. 

Apabila ada yang sakit, dibawa ke rumah sakit, bukan ke orang sakti. Apabila ingin usaha yang dirintisnya lancar, belajar teori-teori ekonomi. Dengan begitu, masyarakat tidak akan mengeluarkan uang untuk hal yang sia-sia. 

Masyarakat tidak hanya menghemat sumber daya, tetapi juga terhindar dari eksploitasi berbasis kepercayaan yang keliru. (*)

*) Muhamad Rohman Obet adalah asisten peneliti SEANNET Surabaya dan tendik FIB, Unair.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: