Duan Yiran dan Lu Yinkai, Dua Seniman Muda yang Menjaga Warisan Budaya Tiongkok di London
Duan Yiran (kanan) dan perajin Inggris berpose di London dengan pakaian yang diwarnai dengan menggunakan teknik tie-dye tradisional. --China Daily
HARIAN DISWAY - Bukan hal baru jika anak muda Tiongkok kini semakin banyak yang menuntut ilmu dan tinggal di Inggris. Namun, hebatnya, mereka tetap berdedikasi memamerkan budaya tanah airnya. Seperti Duan Yiran dan Lu Yinkai.
Keduanya berusaha keras memperkenalkan budaya Tiongkok di London. Usaha mereka ini berhasil. Masing-masing mampu menjaring peminat. Sekaligus melestarikan tradisi turun-temurun. Seperti yang dilakukan Duan dengan Yi Crafts.
Dengannya, Duan melestarikan kerajinan tangan dengan teknik pewarnaan indigo tradisional. Teknik yang dipraktikkan Suku Bai. Duan adalah anggota Suku Bai, yang lahir dan besar di Desa Zhoucheng, Kota Dali, Provinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya.
BACA JUGA: Mengenal Xun, Seruling Tradisional dari Tanah Liat yang Jadi Inspirasi Musik Modern Tiongkok
Semula Duan tak tertarik sama sekali dengan teknik tersebut. Tapi di desanya, Duan melihat hampir setiap rumah tangga memiliki anggota yang terampil menggunakan teknik tie-dye.
Kebetulan keluarga Duan menjalankan bisnis yang memproduksi kain tenun dan pewarna tangan dengan teknik tie-dye. Selain menjalankan usaha pertanian yang telah berumur lima generasi.
Untuk mewarnai kain dengan teknik tersebut, perajin menggunakan jarum dan benang untuk membuat berbagai lipatan pada kain. Setelah itu kain dimasukkan ke dalam tong pewarna selama beberapa kali.
BACA JUGA: Kalender Tiongkok 2025 Lengkap dengan Jadwal Perayaan Imlek dan Hari Penting Tionghoa
Biasanya, tong pewarna berisi pewarna berwarna biru langit yang diekstrak dari tanaman. Ketika kain dibuka, tampaklah pola-pola yang indah. Seperti bentuk geometris dan bunga. Area yang dijahit dan diikat dengan benang tetap berwarna putih.
Karena tidak terendam pewarna. Sedangkan area lainnya berubah menjadi biru. Pada 2006, teknik tie-dye Suku Bai ini terdaftar sebagai bentuk warisan budaya tak benda nasional di Tiongkok.
Duan menghabiskan masa kecil dengan membantu memotong benang setelah kain diwarnai. Tidak pernah dia berpikir mewarisi kerajinan tersebut. "Saya dulu sempat tidak menyukainya. Hingga saya pindah ke London pada 2015," ungkapnya
BACA JUGA: Belajar Saling Toleransi dari Tiongkok
Di London, gadis berusia 29 tahun itu menempuh studi di Royal Central School of Speech and Drama untuk belajar desain busana. "Saya belajar banyak di sekolah. Seperti membuat jas, gaun Victoria, korset," katanya.
"Tetapi saya kurang akrab dengan gaya Barat," katanya. Ketika membuat kostum bergaya Victoria, tanpa sadar Duan menerapkan teknik bordir dan ikat-mengikat Tiongkok yang dipelajari dari neneknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: