Mengenal Xun, Seruling Tradisional dari Tanah Liat yang Jadi Inspirasi Musik Modern Tiongkok
Bentuk xun kuno. Meniupkan udara ke dalam corong xun dapat menciptakan suara yang terkadang melankolis, menenangkan, dan meditatif. --
HARIAN DISWAY - Seruling tanah liat Tiongkok, atau xun, merupakan salah satu instrumen musik tradisional yang memiliki sejarah panjang. Awalnya digunakan sebagai alat perburuan pada zaman kuno hingga kini digunakan dalam orkestra modern.
Bahkan untuk soundtrack film. Xun telah melintasi berbagai periode sejarah Tiongkok. Benda itu pertama kali muncul pada zaman dinasti Zhou (1046 SM-256 SM). Sejak itu, xun jadi bagian integral dari orkestra tradisional Tiongkok.
Xun adalah salah satu dari delapan kategori alat musik yang disebut bayin. Sebutan itu mengacu pada bahan dasar pembuatan alat musik tersebut. Yakni terbuat dari tanah liat. Tak heran jika seruling itu memiliki bentuk yang unik.
BACA JUGA: TREASURE Bikin Baper! Lirik Menyentuh di Balik Musik Ceria 'Last Night'
Yakni menyerupai telur dengan bagian bawah yang datar dan memiliki beberapa lubang. Xun tertua diperkirakan berusia sekitar 5000 SM. Ditemukan di situs arkeologi di Provinsi Zhejiang. Pada versi awalnya, xun hanya memiliki satu lubang.
Berbeda dengan versi modern yang memiliki beberapa lubang untuk menghasilkan nada yang lebih kompleks. Secara fungsional, xun memiliki kemiripan dengan ocarina, alat musik Barat.
Keduanya merupakan seruling kecil yang dimainkan dengan tangan. Namun, perbedaannya terletak pada desain dan bahan pembuatan. Xun selalu terbuat dari tanah liat dan tidak memiliki corong mulut yang menonjol seperti ocarina.
Seorang musisi tradisi di sebuah desa di Zoucheng, Shandong, memainkan xun, alat musik yang punya sejarah panjang di Tiongkok. --
BACA JUGA: Hotel Ibis Rayakan Anniversary 50 Tahun dengan Musik, Olahraga, dan Kepedulian Sosial
Saat ditiup, xun menghasilkan suara yang lembut, kadang-kadang melankolis, dan menenangkan. Awalnya, xun dibuat dari batu atau tulang. Dimanfaatkan sebagai alat perburuan sederhana yang digunakan para pemburu untuk menarik mangsa.
Alat itu pada dasarnya berbentuk bola batu atau tanah liat keras yang diikat dengan tali. Saat dilempar, xun purba dapat menghasilkan suara yang dihasilkan dari lubang-lubang yang diukir di dalamnya.
Pada zaman Dinasti Shang (1600 SM-1046 SM), ada standarisasi terkait bentuk dan jumlah lubang pada xun. Instrumen itu biasanya memiliki lima atau tujuh lubang. Xun dengan tujuh lubang mampu menghasilkan semua nada.
BACA JUGA: International Golo Mori Jazz, Kombinasi Musik dan Keindahan Alam di Nusa Tenggara Timur
Juga nada setengah dalam skala pentatonik Tiongkok. Pada periode itu, xun diperkenalkan ke istana kekaisaran. Suara lembutnya pun menjadi populer. Selama Dinasti Qin (221 SM-207 SM) dan Han (220 SM-200 M), ada dua ukuran xun.
Bentuk xun yang unik. Jenis seruling ini menyerupai telur dengan bagian bawah yang datar dan memiliki beberapa lubang di sisi yang lain. --
Yakni song xun dan ya xun. Ya xun yang lebih besar menghasilkan nada yang lebih dalam. Sementara song xun yang lebih kecil lebih mudah dimainkan. Sebuah kamus kuno Tiongkok mencatat bahwa xun besar berbentuk seperti telur angsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: