Alibaba Jual Rugi Jaringan Supermarketnya
FOTO UDARA kantor pusat Alibaba di Huangzhou, Provinsi Zhejiang. Perusahaan itu mendapatkan saingan berat di sektor e-commerce.-AGENCE FRANCE-PRESSE-
ALIBABA, raksasa teknologi asal Tiongkok, akan menjual jaringan department store miliknya, Intime. Lini bisnis itu dijual dengan kerugian sebesar 9,3 miliar yuan atau sekitar Rp 20,6 triliun. Itu adalah langkah ALIBABA untuk merampingkan operasi. Sebab, persaingan pasar e-commerce di Tiongkok kian sengit.
Hal tersebut ungkapkan Alibaba lewat pernyataan kepada Bursa Efek Hong Kong, Selasa, 17 Desember 2024. Perusahaan itu menyebut bahwa Intime akan dijual kepada konsorsium yang terdiri atas Youngor Group dan beberapa manajer inti Intime.
Hingga sekarang, Alibaba memang menjadi pemain utama sektor e-commerce di Tiongkok. Tapi, beberapa tahun terakhir, muncul saingan berat. Misalnya dari Temu yang dimiliki PDD Holdings. Atau TikTok, milik ByteDance, yang mulai mendominasi pasar.
BACA JUGA:Pendapatan Alibaba Naik 14 Persen, Bukti Pulihnya Konsumsi Domestik Tiongkok
BACA JUGA:Mobilman.id The Big 10 Startup Alibaba Cloud
Sementara itu, konsumen pun mulai lebih berhati-hati dalam membelanjakan duitnya. Situasi kian sulit. Sebagai respons, Alibaba mulai menjual aset-aset yang dianggap tidak penting. Mereka ingin fokus pada bisnis inti. “Sesuai strategi, kami terus berinvestasi pada bisnis utama sambil meningkatkan efisiensi operasional,” kata Chief Financial Officer Alibaba, Toby Xu.
INOVASI ALIBABA dipamerkan dalam ekshibisi Vivatech di Paris, Juni 2023. Yang dipajang tersebut adalah robot pengantar makanan.-LUDOVIC MARIN-AFP-
Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma pada 1999 itu juga menjalani restrukturisasi besar tahun lalu. Mereka membagi bisnisnya menjadi enam unit berbeda.
Pada kuartal terakhir, Alibaba mencatatkan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar lima persen. Namun angka tersebut masih di bawah perkiraan analis.
Sementara itu, pertumbuhan penjualan ritel di Tiongkok melambat menjadi tiga persen pada November 2024 (yoy). Angka itu menunjukkan lemahnya permintaan di pasar domestik. Artinya, Tiongkok masih menghadapi tantangan besar pascapandemi Covid-19. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: