Pemanen Es di Harbin yang Keluhkan Pemanasan Global: Suhu Lebih Hangat, Es Lebih Tipis

Pemanen Es di Harbin yang Keluhkan Pemanasan Global: Suhu Lebih Hangat, Es Lebih Tipis

ISTANA WARNA-WARNI pada Festival Es dan Salju Internasional di Harbin, Provinsi Heilongjiang, Tiongkok. Festival itu akan resmi dibuka pada 5 Januari 2025.-AGENCE FRANCE-PRESSE-

Sungai Songhua di kawasan timur laut Tiongkok masih membeku di akhir Desember 2024. Pemandangan itu memang cukup elok. Menjadi daya tarik wisata ’’kota es’’ Harbin yang selalu panen turis di musim dingin. Tapi, di balik itu, para penambang es di sungai tersebut mengeluh.

BUMI lebih hangat dari biasanya. Begitu juga musim gugur dan musim dingin. Sehingga, pembekuan es terlambat. Es pun menjadi lebih tipis dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Ya, saban tahun sungai itu memang menjadi ’’tambang’’ bagi para tukang panen es. Setiap musim dingin, puluhan pekerja berjuang melawan suhu di bawah nol. Mereka memotong es dari sungai besar tersebut.

Es itu lantas dikirim ke Harbin, ibu kota Provinsi Heilongjiang. Dan di situlah es tersebut menjadi bahan utama festival tahunan Ice and Snow World yang menarik puluhan ribu pengunjung.

BACA JUGA:Kepala BMKG Resmikan Tower Pemantau Gas Rumah Kaca di Jambi, Upaya Untuk Mitigasi Pemanasan Global\

BACA JUGA:Efek El Nino dan Pemanasan Global, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Punah

Pada pengujung Desember 2024, para pria bertubuh kekar terlihat sibuk berteriak di tengah deru mesin tua. Mereka memindahkan balok-balok es besar ke sebuah konveyor berkarat.

“Biasanya, es pada waktu seperti ini sudah setebal 57 atau 58 sentimeter. Tahun ini, hanya sekitar 44 atau 45 sentimeter,” gerutu Huang Wu kepada kantor berita Agence France-Presse. Lelaki 52 tahun itu sudah bekerja sebagai pemanen es selama dua dekade.


PEMANEN ES memotong balok es dari sungai Songhua yang membeku di Harbin, Provinsi Heilongjiang, 16 Desember 2024. Es itu akan dipakai untuk Festival Es dan Salju Internasional.-ADEK BERRY-AFP-

Huang memimpin tim beranggota total delapan orang. Mereka adalah nelayan. Begitu sungai membeku, mereka mengganti jala dengan alat pemotong es.
Mengenakan rompi pelampung oranye dan sepatu bot setinggi lutut, timnya berbaris di permukaan sungai. Rapi. Seorang anggota tim lantas menghitung dengan lantang. Itu menjadi semacam aba-aba saat mereka memotong balok-balok es berukuran tepat 1,6 meter.

Menurut Huang, timnya mendapat bayaran sekitar dua yuan atau hampir Rp 4.500 per balok es. Mereka misa memproduksi 2.700 balok dalam satu sif sepanjang 16 jam. Sangat melelahkan.
Jika dihitung, mereka bisa mendapatkan duit sekitar 5.400 yuan atau sekitar Rp 12 juta per sif. Pendapatan itu lantas dibagi rata untuk seluruh anggota tim. Artinya, tiap orang dibayar 675 yuan atau sekitar Rp 1,5 juta.

“Ketika es tebal, kami bisa menghasilkan lebih banyak uang. Ketika es tipis, penghasilan kami menurun,” kata Huang.
Setelah dipotong, balok-balok es yang putih dan mengilap diangkut ke sebuah jalur mesin. Di ujung, ada barisan forklift yang siaga. Es tersebut kemudian dimuat ke truk. Lalu dibawa ke lokasi festival. Hanya sekitar lima menit perjalanan dari sana.

Festival itu memang sangat cantik. Menampilkan berbagai patung es raksasa. Mulai istana megah, salju berbentuk kepingan tiga warna, hingga replika tentara terakota yang menjadi ikon Tiongkok tersebut. Semua dihiasi cahaya warna-warni pada malam hari.


BARISAN PEMANEN ES mengukur air beku di sungai Songhua. Mereka lalu memotong-motong balok itu dan dibawa ke Festival Es dan Salju Internasional, Harbin, Provinsi Heilongjiang.-ADEK BERRY-AFP-

Patung-patung itu menghibur wisatawan. Tetapi, Huang mengaku pengalamannya di masa lalu jauh lebih dahsyat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: