Proses Produksi Kopi Lokal Kopi Tawon dan Banten dan Kopi Ledug Ini Istimewa sehingga Bercita Rasa Unik

Proses Produksi Kopi Lokal Kopi Tawon dan Banten dan Kopi Ledug Ini Istimewa sehingga Bercita Rasa Unik

Penjaga stan Kopi Citaman Lawangtaji menyeduh kopi untuk para pengunjung. -Christian Mazmur-Harian Disway

Binatang dan petani sama-sama memberikan kontribusi untuk memproduksi kopi yang bermutu. Alam menyediakan sumber daya sebagai modal. Sedangkan, petani mengolah kopi sampai menjadi produk siap jadi. Seperti yang dilakukan kopi Tawon Banten dan kopi Ledug.

Di tengah cuaca panas, pengunjung Java Coffee and Flavors Fest (JCFF) 2025 tetap semangat untuk datang dan menjelajahi stan kopi pada Minggu, 24 Agustus 2025.  

Di pameran JCFF itulah, penjaga stan Kopi Citaman Lawangtaji sibuk menuangkan bubuk kopi ke corong. Lalu, menuangkan air hangat dari teko untuk menyaring kopi sambil berbincang dengan pembeli.

BACA JUGA: Tutup Gelaran Java Coffee and Flavors Fest 2025, Gubernur Khofifah Optimistis Kopi dan Kakao Jatim Makin Besar Tembus Pasar Global

Di rak-rak stan itu, terpajang beberapa toples dan kantong plastik yang berisikan kopi. Ada label Tawon Banten Coffee Leupeh Lalay yang tertempel untuk menunjukkan merek kopi. Nama Lalay berasal dari bahasa Sunda yang berarti kelelawar.

Dalam produksinya, komponen alam turut memberikan kontribusinya untuk menyediakan biji kopi yang istimewa. “Kopi Leupeh Lalay berasal dari kelelawar kecil yang mengambil ceri kopi warna merah," kata Suherman.

"Biasanya daging dan kulitnya dimakan. Lalu, biji kopinya dikeluarkan dari mulutnya. Biji kopi itulah yang diambil oleh petani,” jelas pemilik bisnis Kopi Tawon Banten yang waktu itu sedang menjaga stan, waktu itu.

BACA JUGA: Keunikan Wanoja Coffee dan Kopi Mekarsari Cinangka dalam Pameran Java Coffee and Flavors Fest (JCFF) 2025

Setelah itu, biji kopi dicuci sampai bersih. Kemudian, diproses hingga menjadi produk siap jadi. Jenis Kopi Tawon Banten bermacam-macam, seperti arabika, robusta, liberika, excelsa, serta purpurascens.

Menurut Suherman, purpurascens merupakan sejenis kopi robusta dan biasa disebut dengan Kopi Wulung. Lokasi pengambilan biji kopinya ada di hutan.

"Berlokasi di kaki Gunung Karang Pandeglang, Banten. Sehingga, tidak mudah untuk mendapatkan bahan bakunya. Produksinya hanya 250 kilogram per tahun. Limited edition,” tambahnya.

BACA JUGA: QRIS BRI Permudah Transaksi UMKM Kopi di Lahat, Pelanggan Makin Nyaman Tanpa Uang Tunai

Suherman atau yang biasa dipanggil Kang Maman awalnya mengembangkan bisnis kopi di rumahnya sendiri. Pria yang kini berusia 54 tahun itu tergabung dalam Paguyuban Petani Kopi pada 2018.

Lalu, mulai aktif dalam Kelompok Petani Kopi Citaman Lawang Taji mulai 2019. Tiga tahun kemudian, Kang Maman mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia Provinsi Banten untuk mengikuti pelatihan pengolahan kopi.

Bisnis kopi miliknya kemudian terus mengalami peningkatan. Kini Kang Maman sudah bisa mengolah biji kopi dengan metode natural process maupun honey process.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: