Intelektual Publik Seharusnya Berkubang Bersama Rakyat (Tanggapan untuk Prof Biyanto)

Intelektual Publik Seharusnya Berkubang Bersama Rakyat (Tanggapan untuk Prof Biyanto)

Intelektual Publik Seharusnya Berkubang Bersama Rakyat (Tanggapan untuk Prof Biyanto)-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KAMPUS ARENA YANG TERLUPAKAN

Sayangnya, banyak kampus hari ini yang telah kehilangan fungsi aslinya sebagai kawah candradimuka intelektual publik. Bukannya menjadi tempat tumbuhnya pemikir yang membumi, kampus lebih sibuk dengan publikasi ilmiah yang hanya relevan di jurnal internasional, tetapi asing bagi masyarakat.

Tidakkah kampus seharusnya menjadi tempat lahirnya ide-ide segar yang mampu menjawab masalah bangsa? Tidakkah para dosen dan cendekiawan semestinya hadir di tengah masyarakat, berbicara, membimbing, dan menjadi agen perubahan?

BACA JUGA: Kematian Tukang Kritik pada Era Post-Truth (Tanggapan untuk Prof Biyanto)

Kampus harus menghidupkan kembali ruang-ruang diskusi yang terbuka, tempat mahasiswa, dosen, dan masyarakat bisa bertukar pikiran tentang isu-isu aktual. Seminar, diskusi panel, dan forum publik harus menjadi tradisi yang menggairahkan kehidupan intelektual. 

Pengetahuan tidak boleh berhenti di ruang kelas atau jurnal. Mereka harus menyentuh kehidupan masyarakat.

Lebih dari itu, kampus perlu mengintegrasikan pengabdian masyarakat dengan pemberdayaan publik. Cendekiawan harus turun ke lapangan, berbicara dengan petani, buruh, nelayan, dan kaum marginal lainnya untuk memahami dan menyelesaikan persoalan mereka. 

BACA JUGA:Cendekiawan dalam Pusaran Politik (Tanggapan Artikel Prof Biyanto)

Hanya dengan begitu, intelektual publik dapat menjalankan perannya sebagai penjaga moral bangsa. Di sanalah kemudian peran ICMI dipertanyakan. 

MELAHIRKAN GENERASI BARU INTELEKTUAL PUBLIK

Keberanian para intelektual publik masa kini, seperti Rocky Gerung, Najwa Shihab, Bivitri Susanti, Usman Hamid, dan Faisal Basri, adalah pelita di tengah kegelapan. Namun, jumlah mereka terlalu sedikit untuk menjawab kompleksitas masalah bangsa. 

Kita membutuhkan generasi baru intelektual publik yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berani dan membumi.

Kampus harus membekali mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis, melatih mereka untuk memahami isu-isu sosial, dan memberikan keberanian untuk berbicara di ruang publik. Mata kuliah debat, analisis sosial, dan komunikasi publik harus menjadi bagian integral dari pendidikan tinggi. 

BACA JUGA:Menghidupkan Ilmuwan yang Kritis dan Berpihak

Mahasiswa harus didorong untuk tidak hanya mencari gelar, tetapi juga menjadi agen perubahan yang nyata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: