Runtuhnya Intelektualitas NKRI

ILUSTRASI Runtuhnya Intelektualitas NKRI.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
INTELEKTUALITAS merupakan bagaian terkecil dari kecerdasan. Rata-rata tingkat kecerdasan bangsa Indonesia berada pada urutan ke-130 menurut World Population Review dari 199 negara di dunia.
Saat ini kualitas sumber daya manusia (SDM) tidak cukup diukur dengan human development index, tapi juga dengan human capital index. Peringkat human capital index Indonesia masih relatif rendah.
Lebih jauh lagi, kemampuan intelektual kategori high skill di Indonesia juga masih relatif rendah dan bisa kita lihat kenyataannya bahwa sebagian besar penduduk Indonesia cenderung menguasai low skill atau pekerjaan fisik yang lebih menguras tenaga. Meminjam istilah Presiden Soekarno, sebagai jongos.
BACA JUGA:Hasto Kaget Dirinya Dituding Aktor Intelektual Kasus Suap Harun Masiku
BACA JUGA:Penyelidik KPK Sebut Hasto Kristiyanto Aktor Intelektual Kasus Suap PAW
Merujuk pada karya filosofis yang ditulis Aristoteles, yang dinamai sesuai dengan putranya, Nicomachus, yaitu Nicomachean Ethics, dalam konteks intelektualitas, membahas konsep etika dan moralitas.
Juga, bagaimana individu dapat mencapai kebahagiaan melalui praktik kebajikan bersama, terutama di masyarakat.
Aristoteles menekankan poin penting dalam intelektualitas bermasyarakat, yaitu adanya kebahagiaan atau eudaimonia, kebajikan, praktik, serta kebiasaan dan etika praktis, yang mana Nicomachean Ethics mendorong pemikiran kritis tentang moralitas dan pilihan hidup serta pentingnya pengembangan karakter dalam mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi.
BACA JUGA:Intelektual Publik Seharusnya Berkubang Bersama Rakyat (Tanggapan untuk Prof Biyanto)
BACA JUGA:Pengajuan Hak Kekayaan Intelektual Meningkat, DJKI Dorong Komersialisasi
Bila ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, salah satu prasyarat untuk menjadi fondasi yang kuat adalah intelektualitas bangsa dan moral yang tinggi. Tanpa fondasi itu, hanya angan-angan belaka untuk mencapainya.
Oleh karena itu, bangsa ini membutuhkan masyarakat akademis yang berani menyuarakan kebenaran melalui suara kritis nuraninya untuk menjadi penyeimbang di era masyarakat informasi saat ini.
Penting untuk dicatat bahwa menjadi intelektual bukan hanya tentang memiliki pangkat jabatan dan gelar akademis yang tinggi semata, akan tetapi lebih pada bagaimana seseorang menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk berkontribusi pada masyarakat dengan atribut yang disandangnya.
Intelektual memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan masyarakat. Mereka tidak hanya berkontribusi dalam bidang akademis, tetapi juga memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan budaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: