Donald Trump versus Xi Jin Ping Babak Kedua: El Clasico yang Berdampak ke Perekonomian Global
ILUSTRASI Donald Trump versus Xi Jin Ping Babak Kedua: El Clasico yang Berdampak ke Perekonomian Global.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Keempat, perang dagang AS-Tiongkok juga telah meningkatkan ketegangan geopolitik di sepanjang jalur perdagangan yang kedua negara seteru tersebut juga memberi tekanan politik dan ekonomi sejumlah negara mitra strategis masing-masing.
Kilas balik, bagi pasar Indonesia, transaksi dagang dengan AS di era Joe Biden, tercatat meraih hasil positif. Biro Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2024 menunjukkan bahwa kinerja perdagangan Indonesia cukup mengagumkan dengan mengalami surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus yang terbentuk pada Mei 2024 itu terutama berasal dari neraca perdagangan Indonesia yang disokong oleh surplus perdagangan dengan AS, tercatat mencapai USD 1,21 miliar dan diikuti negara sekutu AS, yakni Jepang, dengan surplus mencapai USD 0,74 miliar.
Diketahui pula, neraca perdagangan barang yang surplus tersebut berasal dari kinerja ekspor yang mencapai USD 22,33 miliar atau naik 13,82 persen (month-to-month/mtm) dan 2,86 persen (year-on-year/yoy).
Sementara itu, nilai impor mencapai USD 19,40 miliar, naik 14,82 persen (mtm), tetapi turun sebesar 8,83 persen (yoy). Surplus neraca dagang Juni 2024 ditopang surplus dari sektor nonmigas yang nilainya USD 4,43 miliar.
Komoditas penyumbang surplus terutama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi dan baja.
Raihan surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap AS secara implisit merupakan konsekuensi logis kebijakan negeri Paman Sam di era Biden yang sangat menguntungkan posisi Indonesia.
Dan, kisah ”berkah ekonomi” Indonesia di era Biden boleh jadi tidak akan terulang di era Trump yang cenderung proteksionis.
Kini, untuk empat tahun ke depan, publik global akan disuguhi kembali ”pertarungan dagang el clasico” Trump yang baru saja dilantik versus Jin Ping. Babak kedua pertarungan itu sedini mungkin harus disikapi dengan kebijakan antisipatif oleh pemerintah. (*)
*) Sukarijanto adalah pemerhati kebijakan publik dan peneliti di Institute of Global Research for Economics, Entrepreneurship & Leadership dan mahasiswa Program Pascasarjana (S-3) PSDM Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: