Mahasiswa Subversif: Prof Bagong Suyanto Mengajak Mahasiswa Baru untuk Menjadi Peneliti Andal

ILUSTRASI Mahasiswa Subversif: Prof Bagong Suyanto Mengajak Mahasiswa Baru untuk Menjadi Peneliti Andal.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BISA MENJADI mahasiswa dan mengenyam pendidikan tinggi adalah impian dan anugerah luar biasa di negeri ini. mahasiswa sungguh beruntung bisa merasakan bangku kuliah. Sebab, sejauh ini hanya 6,52 persen penduduk yang berkesempatan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (PT).
Kata ”maha” yang melekat pada siswa sejatinya memiliki implikasi yang kompleks bagi para pembelajar karena lazimnya kata maha selama ini selalu dilekatkan dengan pemilik kuasa.
Artinya, para mahasiswa sesungguhnya, dari pilihan diksi kata, adalah orang terpelajar terpilih yang punya kuasa hebat dan khusus.
BACA JUGA:Astroturfing Digital, Musuh Paling Baru Gerakan Mahasiswa
BACA JUGA:Kisah Inspiratif Mahasiswa IISMAVO: Menimba Ilmu di Dunia Internasional
Sungguh menarik mencermati orasi sebagai pelajaran pertama yang diberikan oleh Prof Bagong Suyanto, dekan FISIP, dalam momen penerimaan mahasiswa baru Unair program magister dan doktor 2025 di Graha Garuda Mukti, Kampus C Unair, 11 Februari 2025.
Sebagai guru besar yang sudah malang melintang dalam riset dan tridarma, ia dengan bijak setengah provokatif mengajak mahasiswa memiliki pikiran subversif agar menjadi peneliti andal.
Subversif bukan dalam pengertian makar memberontak, melainkan lebih kepada upaya membangun cara berpikir mendasar, berpikir tidak biasa, dan bisa menjaga jarak sehingga bisa menawarkan dan melahirkan gagasan baru yang berbeda dari status quo untuk perubahan.
BACA JUGA:Menyikapi Mahasiswa Unair yang Terancam Drop Out
BACA JUGA:Mahasiswa Belajar Bersama Komunitas
Berpikir subversif sejatinya adalah berpikir kritis dengan cara memandang sesuatu yang tidak biasa. Cara berpikir yang melihat fenomena sosial dan alam bukan sebagai hal yang rutin dan bahkan bisa jadi melawan arus.
Mengingat, selama ini kita banyak terlena dengan keadaan lingkungan di sekeliling sehingga tidak peka dan menjadi penting untuk diberi perhatian.
Cara berpikir itu, menurut Prof Bagong Suyanto, penting dan strategis dimiliki para mahasiswa baru sehingga bisa menghasilkan riset yang berkualitas dan bermanfaat bagi peradaban masyarakat dan lingkungannya.
BACA JUGA:Waspadai Krisis Identitas Mahasiswa Masa Emerging Adult
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: