Diplomasi Peci Hitam dan Warisan Kebangsaan

ILUSTRASI Diplomasi Peci Hitam dan Warisan Kebangsaan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Beberapa sumber menyebutkan bahwa songkok sebagai topi tradisional jamak dipakai di wilayah dengan diaspora suku Melayu. Tidak hanya memiliki sejarah panjang yang melekat, dengan menggunakan peci hitam tersebut, Prabowo menekankan kesetaraan dan kemandirian bangsa Indonesia.
Kesetaraan tersebut telah melekat pada para tokoh pejuang seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, Tjipto Mangunkusumo, Hamka, Natsir, dan lainnya. Songkok hitam mulai jamak digunakan sebagai simbol perlawanan tidak hanya bagi bangsa Indonesia yang beragama Islam.
Termasuk saat Soekarno membacakan pleidoi ”Indonesia Menggugat” di Pengadilan Landraad Bandung, 18 Agustus 1930.
Kesetaraan yang dimaksud adalah sejak dahulu peci lebih sering dikenakan rakyat kecil seperti para pedagang. Saat itu peci menjadi simbol visi besar Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bebas.
Prabowo kembali menggunakan strategi diplomasi dengan mengenakan peci hitam itu. Mengenakan peci hitam, Prabowo menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tetap teguh memegang nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendiri bangsa di mana pun kita berada.
Peci hitam yang digunakan Prabowo itu dapat kita cermati bukan hanya aksesori penutup kepala. Penggunaan peci hitam tersebut merupakan pesan diplomasi yang sangat kuat.
Meski peci hanya atribut pelengkap, hal tersebut menjadi simbol yang melekat kepada Prabowo, menjadi cara Indonesia menegaskan identitasnya sebagai negara, memiliki sejarah kuat dan tradisi kebangsaan.
Di tengah hubungan internasional yang penuh tantangan itu, Prabowo dengan cermat memanfaatkan simbol tersebut untuk mengingatkan dunia bahwa Indonesia tetap menghormati sejarahnya. Berkomitmen untuk berdiri sebagai negara yang bebas dan merdeka.
Dengan demikian, keberadaan peci hitam bukan sekadar aksesori, melainkan sekaligus pernyataan politik yang kuat.
Selain itu, ia memiliki pesan untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai bangsa yang kaya tradisi, tetapi tetap kompetitif di kancah global. Dengan mempertahankan simbol tersebut, Prabowo tidak hanya menghormati warisan pemimpin terdahulu, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa nilai-nilai kebangsaan tetap memiliki tempat penting dalam dunia modern.
Pesan yang tersirat dari simbol peci hitam itu, Prabowo tidak hanya menyampaikan bahwa bangsa Indonesia akan terus maju. Melihat masa depan dengan optimisme yang kuat dengan dinamika politik dan sosialnya. Namun, hal itu juga didasari upaya untuk terus menjaga kemerdekaan untuk melanjutkan perjuangan pahlawan bangsa. (*)
*) Yunaz Karaman adalah mahasiswa Indonesia di Nevsehir, Turkiye.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: