Tagar Kabur Aja Dulu dan Indonesia Gelap, Ungkapan Pesimistis atas Kondisi Negeri

ILUSTRASI Tagar Kabur Aja Dulu dan Indonesia Gelap, Ungkapan Pesimistis atas Kondisi Negeri.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Justru mereka harus berpikir bagaimana caranya memperbaiki kondisi dan kesejahteraan negara. Bukan malah lari tunggang langgang.
Namun, sinyalemen atau pernyataan itu dibantah pemuda. Bagi mereka, di mana pun keberadaannya, jiwa nasionalisme mereka tetap kukuh.
Pembuktiannya bisa dilihat dari dukungan mereka kepada timnas Indonesia ketika bertanding. Atau, saat Indonesia Raya dikumandangkan, mereka serentak bernyanyi bersama.
Sikap tegak dan hormat senantiasa diberikan kepada Sang Merah Putih di mana pun berada. Artinya, meski berbeda kepentingan, asal-usul, dan bahasa, mereka bisa satu suara dalam Indonesia Raya.
BACA JUGA:Demo Indonesia Gelap, Mensetneg Akhirnya Temui Mahasiswa, Apa Hasilnya?
BACA JUGA:Golkar Komentari Aksi Indonesia Gelap: Wajar dan Dibutuhkan dalam Demokrasi
Kedua hashtag itu kurang mewakili masyarakat pada umumnya. Terutama, golongan penganut viralisme (pokoknya viral agar lebih banyak engagement dan pengikutnya). Masih lebih banyak golongan masyarakat yang direpotkan oleh cara memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bagaimana harga kebutuhan bahan pokok melambung, elpiji 3 kg subsidi susah didapatkan, atau mahalnya beberapa komoditas. Itu membuat mereka lebih berpikir tentang hal esensial tersebut. Artinya, hal itu lebih mereka pikirkan daripada mendukung hashtag tersebut.
Itu menandakan tagar yang berasal bukan dari lapisan masyarakat tidak akan bergaung panjang dan diikuti banyak orang. Dalam dunia media sosial, penggalangan dukungan terhadap hashtag itu tidak akan berhasil.
BACA JUGA:Puncak Demo Indonesia Gelap, BEM SI Geruduk Istana Bawa 9 Tuntutan
Menghadapi hashtag semacam itu, pemerintah tidak melarang atau melakukan takedown. Sebagai fenomena, tagar itu dibiarkan beredar di lapangan. Itu menghapus cara-cara lama yang biasa dilakukan rezim Orde Baru.
Tindakan nyata lebih diperlihatkan. Tidak dilarang atau dihapus, tetapi dihadapi oleh jawaban dan tindakan nyata. Sebuah contoh sikap kebijakan komunikasi yang elegan. Patut ditiru rezim-rezim berikutnya.
AGENDA KE DEPAN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: