Bishop’s Love Affair, Perjalanan Iman Uskup Agustinus Tri Budi Utomo dalam Lukisan

Bishop’s Love Affair, Perjalanan Iman Uskup Agustinus Tri Budi Utomo dalam Lukisan

Aris Utama Perancang Pameran Bishop's Love Affair di Gereja Katedral Suarabaya. -Ananda Tiyas-HARIAN DISWAY

Awalnya, acara itu direncanakan sebagai perayaan pentahbisan Monsinyur Didik. "Namun, karena keterbatasan waktu, saya mengubah konsepnya. Pameran ini awalnya akan digelar di Aula Widya Mandala, UKWMS," ujar Aris. 

BACA JUGA:RD Agustinus Tri Budi Utomo Jadi Uskup Surabaya, Kapan Ditahbiskan?


Sanjaya sebagai pemandu pameran Bishop's Love Affair di Gereja Katedral Surabaya. -Ananda Tiyas-HARIAN DISWAY

Namun, kendala waktu membuat konsep awal berubah menjadi mini gallery. Meski begitu, Aris tetap ingin menampilkan sisi humanis dari Monsinyur Didik.

Awalnya, hanya enam lukisan yang akan dipamerkan. Namun, Aris merasa jumlah itu belum cukup. Ia pun berdiskusi dengan Monsinyur Didik dan mengusulkan untuk menghubungi kolektor yang memiliki karya-karyanya.

"Monsinyur Didik orangnya murah hati. Banyak lukisannya diberikan cuma-cuma kepada orang lain," ungkapnya.

BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (2): Pendakian yang Ubah Hidup

Dari pencarian itu, terkumpul 18 lukisan. Aris pun mulai merancang pameran yang tidak sekadar menampilkan karya seni. Tetapi juga bercerita tentang perjalanan spiritual sang uskup.

"Yang sulit adalah menuangkan kisah Monsinyur Didik dalam bentuk pameran. Terutama saat menentukan judulnya," kata Aris.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, ia mengusulkan judul Bishop’s Love Affair. Monsinyur Didik langsung setuju. Tanpa ragu.

Meski ada beberapa pihak yang kurang sreg, Aris yakin bahwa selama sang uskup mendukung, ia akan mengeksekusinya dengan sepenuh hati.

BACA JUGA:Mengenal Agustinus Tri Budi Utomo, Pemimpin Baru Keuskupan Surabaya (3): Ingin Ahli Nuklir, Malah Jadi Pastor

Pada 25 Februari 2025, pameran Bishop’s Love Affair resmi dibuka. Monsinyur Didik turut hadir dalam acara pembukaan tersebut.

Aris berhasil merangkum perjalanan rohani sang uskup melalui lukisan-lukisan yang dikaitkan dengan simbol-simbol religius. Salah satunya adalah logo burung pelikan, lambang kasih tanpa pamrih.

"Burung pelikan dewasa akan memberikan darahnya sendiri untuk anak-anaknya saat tidak ada makanan," jelas Aris. Simbol itu dipadukan dengan lukisan Maria bergaya perempuan Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: