Merayakan Idulfitri di Antara Kemewahan dan Kelaparan

Merayakan Idulfitri di Antara Kemewahan dan Kelaparan

Pada hari yang seharusnya dipenuhi dengan berkah dan kebersamaan, Idulfitri sering kali menunjukkan dua sisi yang sangat berbeda. --IStockphoto

Ketimpangan dalam perayaan Idulfitri bukanlah masalah baru, melainkan cerminan dari disparitas ekonomi yang telah berlangsung lama. Di era globalisasi ini, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menyebabkan sebagian masyarakat menikmati kemewahan yang berlebihan, sementara yang lain terjebak dalam lingkaran kemiskinan.

BACA JUGA: Prabowo: Idulfitri adalah Momen Memperkuat Persatuan dan Solidaritas Bangsa

Mewujudkan Idulfitri yang Adil dan Berbagi

Mengingat kondisi yang mengkhawatirkan ini, berbagai pihak telah menyerukan agar ada langkah nyata untuk menjembatani kesenjangan ini. Berikut beberapa solusi yang diusulkan, berdasarkan pandangan para ahli dan tokoh agama:

1. Optimalisasi Zakat, Infaq, dan Sedekah

MUI menekankan pentingnya pengelolaan zakat yang transparan dan tepat sasaran. Pemerintah dan lembaga keagamaan harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa dana zakat dan infaq disalurkan kepada yang membutuhkan. Seperti air yang mengalir dari sumber yang jernih, dana tersebut harus sampai kepada setiap sudut masyarakat yang kering oleh kelaparan.

2. Program Sosial Berbasis Komunitas

Diperlukan inisiatif lokal yang melibatkan masyarakat, seperti program berbagi makanan dan paket sembako menjelang Idulfitri. Pemerintah daerah dan LSM dapat bekerja sama untuk menyelenggarakan bazaar amal dan posko penyaluran bantuan yang merata. Dengan cara ini, tidak hanya dana yang tersalurkan, tetapi juga semangat kebersamaan dan gotong royong terwujud.

BACA JUGA: Khutbah Idulfitri di Masjid Al Akbar Surabaya: Kembali Menuhankan Allah, Jangan Terpengaruh Kondisi Ekonomi

3. Pendidikan Nilai Keadilan Sosial

Penting bagi setiap lapisan masyarakat, terutama generasi muda, untuk dibekali pemahaman tentang pentingnya keadilan sosial. Institusi pendidikan dan pesantren dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam kurikulum dan kegiatan keagamaan. Seperti benih yang ditanam dalam tanah yang subur, nilai keadilan sosial akan tumbuh dan menyebar jika diberikan perawatan yang tepat.
Penting bagi setiap lapisan masyarakat, terutama generasi muda, untuk dibekali pemahaman tentang pentingnya keadilan sosial. --iStockphoto

4. Pengawasan dan Regulasi yang Ketat

Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap praktik-praktik yang dapat memperlebar kesenjangan sosial. Misalnya, dengan mengatur harga dan distribusi barang kebutuhan pokok agar tidak terjadi penimbunan atau spekulasi menjelang hari raya. Regulasi yang adil akan menjadi jembatan penghubung antara kemewahan dan kebutuhan dasar, memastikan bahwa setiap rakyat mendapatkan bagian yang layak.

Dua Wajah Menjadi Satu Citra

Untuk menggambarkan realitas ini, bayangkan sebuah koin yang memiliki dua sisi. Satu sisi memancarkan cahaya gemilang, menggambarkan kemeriahan perayaan Idulfitri dengan baju baru, kueh-mueh, dan semarak dekorasi rumah.

BACA JUGA: Idulfitri 2025, Renungan Mudik Eksistensial

Namun, sisi lainnya tersembunyi dalam bayang-bayang, menyimpan kepedihan dan kelaparan yang dialami oleh banyak saudara kita. Sama seperti koin yang tidak dapat dipisahkan, kedua sisi tersebut saling terkait dan mencerminkan satu realitas sosial yang kompleks. 

Kita hidup di zaman di mana kemewahan dan kelaparan berjalan beriringan, seolah dua wajah dari satu koin yang sama. Idulfitri yang seharusnya menjadi waktu untuk refleksi, pengampunan, dan kebersamaan, kini harus diwarnai dengan upaya nyata untuk menghapus ketidakadilan.
Mari kita maknai hari raya dengan hati yang lapang. Jangan sampai kemewahan perayaan tidak menginjak-injak martabat saudara yang sedang berjuang untuk bertahan hidup seperti saudara kita di Palestina yang masih dalam kondisi perang. --Aljazeera

Dengan mengoptimalkan zakat, infaq, sedekah, serta mendorong program sosial dan regulasi yang ketat, kita dapat menciptakan Idulfitri yang lebih adil. Seperti jembatan yang kokoh menghubungkan dua tepi sungai, upaya bersama ini diharapkan mampu mengurangi jurang antara yang mampu dan yang membutuhkan.

BACA JUGA: Berbagai Ucapan Selamat Idulfitri dalam 35 Bahasa di Dunia

Di akhir hari, semangat Idulfitri haruslah merangkul seluruh umat, menyatukan kedua wajah yang selama ini terpisah. Mari kita maknai hari raya dengan hati yang lapang. Jangan sampai kemewahan perayaan tidak menginjak-injak martabat saudara yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: