Era Baru Pemberedelan Musik dan Budaya

ILUSTRASI Era Baru Pemberedelan Musik dan Budaya.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Maka, pertanyaannya kini bukan lagi tentang siapa yang dibungkam hari ini, melainkan sampai kapan kita akan terus membiarkan ini terjadi? Apakah kita akan membiarkan demokrasi kita jatuh ke dalam jurang kepalsuan di mana kritik hanya boleh disuarakan dengan cara yang sudah disetujui pihak berwenang?
MENOLAK NORMALISASI PEMBEREDELAN, JALANKAN DEMOKRATISASI BUDAYA
Penting bagi kita untuk memahami bahwa pemberedelan seni bukan sekadar masalah estetika, melainkan juga masalah politik dan demokrasi. Seni yang berfungsi sebagai refleksi zaman seharusnya diberi ruang yang luas, tidak justru dikontrol kepentingan institusi yang alergi terhadap kritik.
Jika kita terus membiarkan pola itu berulang, tanpa kita sadari, kita sedang menyaksikan kembalinya era represi terhadap budaya dalam wajah yang lebih modern.
Saat ini pertanyaannya bukan lagi apakah pemerintah melakukan pembredelan terhadap ekspresi budaya, melainkan sampai seberapa jauh kita sebagai masyarakat siap membela hak kita untuk bersuara melalui seni.
Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang tidak takut terhadap kritik, bahkan yang datang dalam bentuk seni dan musik punk sekalipun.
Sudah sepatutnya di era post-modernisme kita memanfaatkan berbagai platform media sebagai partisipasi masyarakat dalam menyuarakan kebenaran. Dapat dikatakan, manifestasi dari demokrasi pada masa kini adalah bersuara di dunia maya.
Berisiklah di media sosial, maka sang pembungkam akan ketakutan. Terlihat setelah viralnya kasus pemberedelan pameran dan band punk tersebut, pemerintah seolah bersikap main aman dari kecaman yang disuarakan warganet.
Tentu hal tersebut menjadi contoh kekuatan ”viral for justice” masih berdampak nyata bagi rezim yang suka membungkam ini. Mari kita bersama-sama mengawal demokratisasi budaya untuk mengawal pembungkaman yang makin menjadi-jadi.
Sekali lagi, pesan saya: Berisiklah di media sosial, maka sang pembungkam akan ketakutan. (*)
*) Ilham Baskoro adalah mahasiswa Fastrack Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: