Masjid Ikon Surabaya (25): Arsitektur Tionghoa Muslim, Pat Kwa dan Delapan Pintu Surga

Masjid Ikon Surabaya (25): Arsitektur Tionghoa Muslim, Pat Kwa dan Delapan Pintu Surga

Masjid Cheng Ho yang memadukan arsitektur khas Tionghoa dan Muslim. Masjid ikonik simbol keberagaman di Kota Surabaya.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (7): Tetenger Abadi Sunan Ampel

Pertama, untuk menyadarkan Muslim Tionghoa agar tidak merasa lebih unggul ketika memeluk Islam. Sebab, lebih dari 600 tahun yang lalu, Laksamana asal Tiongkok Muhammad Cheng Ho, telah lebih dulu menjadi Muslim dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan di berbagai penjuru dunia.

Tujuan lainnya adalah sebagai informasi bagi para pengunjung. Baik dari dalam maupun luar negeri. Memperkenalkan sosok Cheng Ho yang bukan hanya sebagai seorang Muslim yang taat. Tapi juga pelaut ulung. Penjelajah samudera dengan misi perdamaian.

Selama lebih dari dua dekade, Masjid Muhammad Cheng Ho berdiri kokoh. Hingga kini, tidak ada renovasi besar yang dilakukan. Kecuali pengecatan ulang untuk mempertahankan tampilan aslinya. 

BACA JUGA:Masjid Ikon Surabaya (8): Akulturasi Berwujud Arsitektur

Masjid Muhammad Cheng Ho. Dengan gaya bangunan khas Tiongkok, masjid itu menjadi simbol akulturasi budaya di Kota Surabaya. (Afitra Devi)

*Kontribusi Muslim Tionghoa di balik berdirinya Masjid Cheng Ho, baca seri selanjutnya...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway