Sungkeman di Hari Raya: Sejarah dan Makna di Balik Tradisi Penuh Makna

Tradisi sungkeman kepada orang tua pada saat Idulfitri sebagai permohonan maaf-Ika Rahma-Ika Rahma
HARIAN DISWAY - Hari Raya Idulfitri merupakan perayaan keagamaan dan budaya yang sangat penting di Indonesia, ditandai dengan berbagai tradisi yang mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat.
Di antara berbagai tradisi, Sungkeman menonjol sebagai praktik yang sarat makna, khususnya saat Idulfitri, meskipun akarnya kuat dalam budaya Jawa dan pengaruhnya meluas ke berbagai penjuru Indonesia.
Sungkeman secara sederhana dapat dipahami sebagai gestur penghormatan dan permohonan maaf kepada para sesepuh.
BACA JUGA: 50 Kartu Ucapan Idulfitri 2025 yang Bisa Dibagikan ke Orang Tersayang
Menelusuri Asal-Usul Sungkeman
Sungkeman pada saat Idulfitri menunjukkan adanya nilai budaya menghormati orang yang lebih tua melalui gestur membungkuk-Rifka Hayati-Getty Images Signature
Tradisi Sungkeman pada dasarnya berakar dari kearifan lokal dan praktik tradisional masyarakat suku Jawa. Istilah "sungkem" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti sujud atau tanda bakti.
Dalam tradisi Jawa, Sungkeman awalnya dipraktikkan dalam berbagai konteks, salah satunya adalah saat pernikahan, di mana pengantin melakukan sungkem kepada orang tua untuk memohon restu.
Integrasi mendalam Sungkeman ke dalam adat Jawa sebelum diasosiasikan dengan Idulfitri menunjukkan adanya nilai budaya yang sudah lama dianut, yaitu menghormati orang yang lebih tua melalui gestur fisik.
Tradisi Sungkeman saat Idulfitri merupakan hasil akulturasi antara tradisi Jawa dan nilai-nilai Islam, terutama penekanan pada saling memaafkan.
BACA JUGA: Mengapa Idulfitri Selalu Identik dengan Baju Baru?
BACA JUGA: Kala Presiden Jokowi Nyambi Kerja Usai Sungkeman dan Siraman Kaesang
Kata "ngapura" dalam bahasa Jawa yang berarti maaf, diyakini memiliki akar dari bahasa Arab, yaitu "ghafura" yang juga berarti pengampunan.
Para pemuka agama Islam di masa lalu kemungkinan besar mengadopsi dan mempromosikan tradisi ini agar selaras dengan semangat saling memaafkan setelah bulan Ramadan. Hal ini juga sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad Saw tentang pentingnya berbudi pekerti yang baik kepada sesama.
Integrasi yang mulus antara gestur membungkuk dalam tradisi Jawa dengan penekanan Islam pada pengampunan menyoroti kemampuan adaptasi budaya Indonesia dalam menyerap dan melokalisasi praktik keagamaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber