Riyaya Unduh-Unduh di Mojowarno: Tradisi Syukur dan Gotong Royong yang Menyatukan Anak Bangsa

Riyaya Unduh-Unduh di Mojowarno adalah tradisi tahunan yang menggabungkan kebudayaan Jawa dan spiritualitas Kristen.-Petrus Titus Reawarauw-
HARIAN DISWAY - Di tengah derasnya arus modernisasi, tradisi lokal yang mengakar dalam nilai gotong royong dan spiritualitas masih menjadi daya rekat sosial yang kuat.
Salah satunya adalah Riyaya Unduh-Unduh yang berlangsung meriah di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno pada Minggu, 11 Mei 2025.
Perayaan ini bukan hanya menjadi bentuk ucapan syukur kepada Tuhan, tetapi juga simbol harmoni dan kebersamaan lintas kelompok masyarakat di Jawa Timur.
BACA JUGA: Tradisi - Tradisi Sebelum Perayaan Paskah dari Berbagai Belahan Dunia
Tradisi ini menggabungkan unsur budaya lokal Jawa dengan spiritualitas Kristen dalam bentuk perayaan meriah yang diwarnai oleh arak-arakan, persembahan hasil bumi, nyanyian pujian, hingga lelang simbolis.
Nama “Unduh-Unduh” sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Jawa yang berarti memetik atau memanen, yang merujuk pada momentum syukur atas hasil bumi yang telah diterima masyarakat selama satu musim.
Namun lebih dari itu, tradisi ini juga menjadi simbol kebersamaan, solidaritas sosial, dan penghormatan terhadap nilai-nilai gotong royong yang diwariskan secara turun-temurun.
BACA JUGA: Teatrikal Jalan Salib Gereja Santo Vincentius a Paulo Surabaya Padukan Budaya Jawa dan Lintas Agama
Tradisi Syukur dengan Kearifan Lokal
Perayaan Riyaya Unduh-Unduh yang penuh kebersamaan ini juga memperlihatkan semangat gotong royong dan solidaritas sosial yang masih terjaga dengan baik di Mojowarno.-Petrus Titus Reawarauw-
Riyaya Unduh-Unduh merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat dari tujuh blok wilayah di Mojowarno, yakni Blok Mojowarno, RS Kristen, Mojoroto, Mojowangi, Mojodukuh, dan Mojotengah.
Perayaan dimulai dengan perarakan hasil bumi yang diiringi puji-pujian dan tari-tarian dalam balutan pakaian adat Jawa.
Masyarakat membawa persembahan hasil bumi seperti padi, umbi-umbian, dan sayuran. Persembahan ini kemudian dilelang, dan hasilnya digunakan untuk mendukung kegiatan sosial gereja serta masyarakat sekitar. Acara ini menjadi bukti nyata bagaimana nilai gotong royong dan rasa syukur kolektif masih dijaga dan dihidupi secara turun-temurun.
BACA JUGA: 7 Tradisi Unik Kota Surabaya, Sebagian Mulai Pudar
Akar Tradisi Unduh-Unduh
Unduh-Unduh bukanlah tradisi baru. Menurut catatan sejarah setempat, akar tradisi ini dapat ditelusuri hingga tahun 1930-an. Saat itu, masyarakat melakukan dua kegiatan spiritual: kebetan, yaitu doa untuk keselamatan musim tanam, dan keleman, yaitu sedekah bumi yang dibawa dan disantap bersama di kantor desa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: