Generasi Sandwich, Ahli Ngempet yang Terjepit

Generasi Sandwich, Ahli Ngempet yang Terjepit

ILUSTRASI Generasi Sandwich, Ahli Ngempet yang Terjepit.-pinterest-

Membelikan anak mobil sport, apartemen atau rumah mewah, menyekolahkan di sekolah internasional itu kami anggap sebagai jackpot saja karena bonus pun masih tak pantas setinggi itu. 

Berharap anaknya tercukupi, hidup lebih layak daripada mereka, siap menghadapi tantangan di generasinya yang pasti lebih kompetitif dan lebih cepat. Membuang beban di pundaknya, jadi bisa berlari cepat. Biarkan beban itu ada di pundak si generasi sandwich ini. Pundak kiri ada orang tua. Pundak kanan ada anak. Lalu, bagaimana cara mereka hidup?

Dalam bahasa Jawa ada istilah ”ngempet” (menahan). Mau membeli celana kerja yang sudah pudar warnanya, ngempet. Mau ganti dompet yang sudah sobek-sobek, ngempet. Mau servis motor, nanti saja padahal mesin sudah glodakan.  Kalaupun tiba hari raya, yang mana itu hari kami jadi ”orang kaya”, kebutuhan kita pun yang ada di list terakhir. 

Baju baru buat orang tua, istri, anak, lalu suguhan untuk tamu, belum lagi kebutuhan lainnya. Yang pada akhirnya, baju kita ”yang ini saja”. Asal syarat baju baru terpenuhi. Yang penting, orang tua, anak, dan istri bahagia.

Ngempet adalah skill. Tidak mudah menguasainya. Manusia yang penuh ego, penuh keinginan dipaksa untuk menahan. Syulittt. Hampir setiap hari isi kepala berputar bagaimana bisa bertahan hidup dari bulan ke bulan. Diiringi doa jangan sampai ada bencana di luar rencana. 

Kalau ada waktu sedikit saja, lebih memilih duduk sebentar. Ambil napas. Mata memandang jauh menembus langit ke tujuh. Tidak jarang mengendarai motor tanpa tujuan, asal punya waktu untuk menghindar dari kebisingan hidup. 

Selain itu, paling nonton bola klub kesayangan. Meski malah menambah jengkel karena kalah. Sebetulnya banyak cara kami melepaskan diri dari jepitan hidup. Mungkin tulisan berikutnya akan lebih banyak membahas itu. 

Itulah refreshing ala generasi sandwich. Nol rupiah. Tidak perlu biaya. Ngempet yang sudah berjalan bertahun-tahun itu secara tidak sadar akan menjadi lifestyle. Jadi standar hidup. Membentuk karakter dan mindset semua menjadi terlihat mahal bagi generasi sandwich

Tumbuh menjadi orang yang tidak akan menuntut ini itu. Keras ke diri sendiri, tapi nerimo dengan pilihan yang terbatas itu. Cukup apa adanya. Gampang. Murah. Kalau bisa, tidak perlu keluar uang lagi. 

Jika boleh mencontohkan diri sendiri, sabuk kerja saya pakai 14 tahun. Celana kerja 9 tahun. Handphone 7–8 tahun sampai casing lepas-lepas. Kalau masih bisa dipakai, kenapa harus ganti. Karena terbiasa ”ngempet”. Apakah bahagia hidup dengan cara seperti itu?

Setiap orang punya parameter bahagia masing-masing. Tidak bisa digeneralisasi untuk semua orang. Terbiasa hidup dengan sangat pas-pasan sebetulnya tidak seburuk itu juga. Meskipun memang tidak sebahagia itu juga. Jadi, ya tengah-tengah. Namanya juga sandwich. Namanya juga terjepit.

Meski kondisi sulit. Terjepit atas bawah. Tak bisa menjerit. Tak mampu menjerit. Tak perlu menjerit. Toh, tidak mengubah keadaan. Sekalipun setiap hari menjerit. Lebih lega mengembuskan napas panjang. Berkali-kali tidak apa-apa. Tidak berisik. Tidak gaduh. Yang tahu mungkin orang yang duduk di sebelah saja. 

Generasi sandwich bahagia jika lapisan atas dan bawah tersenyum. Itu membayar keringat deras yang keluar dari dahi, kening, dan ketiak. Tidak masalah jika harus berkorban demi mereka. Doa mereka pasti ditujukan ke kita. Sehat dan lancar rezeki adalah dua poin wajib yang mungkin mereka panjatkan.

Situasi yang sangat tidak mudah dan belum ketemu ujungnya ini bukan berarti mencabut kebahagiaan. Energi yang ada dicurahkan lebih penting untuk bertahan hidup. Apakah tidak pernah down? Sering. Jumlahnya pasti lebih sering daripada anggota DPR yang turun ke dapilnya.  

Untuk mengatasinya, tiap orang punya trik sendiri-sendiri. Ada yang melakukan hobinya, ada yang quality time dengan keluarga, ada yang ngopi tipis-tipis, ada yang keliling-keliling jalan tanpa arah, ada yang baca buku, ada yang nonton komedi. Banyak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: