Sebut Xi Jinping 'Kawan Lama', Trump Kirim Sinyal Damai di Tengah Perang Dagang?

Sebut Xi Jinping 'Kawan Lama', Trump Kirim Sinyal Damai di Tengah Perang Dagang?

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping (Kanan) tiba di KTT G20 di Jerman, 8 Juli 2017. Trump menyebut Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai “kawan lama” setelah sebelumnya diketahui ia telah menaikkan tarif Tiongkok hingga 145 persen--SAUL LOEB / AFP

HARIAN DISWAY - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai “kawan lama” dan menyatakan kesediaannya untuk bertemu serta bernegosiasi di tengah memanasnya situasi perang dagang antara kedua negara. 

Dalam pertemuan kabinet di Gedung Putih pada Kamis, 10 April 2025, Trump menyampaikan keyakinannya bahwa ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan berakhir dengan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. 

Ia juga menegaskan bahwa ia bersedia bertemu dengan Xi Jinping. Ia juga menyampaikan rasa hormatnya kepada pemimpin Tiongkok tersebut. 

BACA JUGA:Naik Lagi! Gedung Putih Umumkan Tarif Baru China Capai 145 Persen

BACA JUGA:Balas Amerika, Tiongkok Resmi Naikkan Tarif Impor AS Jadi 125 Persen

Menurutnya, hubungan mereka sudah terjalin sejak lama dan ia percaya mereka bisa mencapai hasil yang positif.

Pemerintah AS sebelumnya diketahui telah menaikkan tarif terhadap barang-barang dari Tiongkok menjadi total 145 persen pada Rabu, 9 April 2025.


Presiden AS Donald Trump berbicara dalam sebuah rapat kabinet di Gedung Putih pada 10 April 2025. Trump menyebut Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai kawan lama setelah sebelumnya ia menaikkan tarif Tiongkok hingga 145 persen--Brendan SMIALOWSKI / AFP 

Gedung Putih mengkonfirmasi bahwa tarif baru sebesar 125 persen yang diumumkan sehari sebelumnya belum mencakup tarif awal sebesar 20 persen yang sudah diterapkan sebelumnya.

BACA JUGA:Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?

Trump juga mengaitkan tarif 20 persen tersebut dengan isu imigrasi ilegal dan peredaran fentanil ke AS, yang menurutnya melibatkan Tiongkok. 

Sebagai respons, pemerintah Tiongkok meningkatkan bea masuk atas barang-barang dari Amerika Serikat, dari semula 34 persen menjadi 84 persen, dan kini mencapai 125 persen.

Kebijakan saling balas ini memukul keras pasar modal dan para pelaku usaha, terutama penjual asal Tiongkok yang bergantung pada platform seperti Amazon. 

BACA JUGA:Pasar Saham Dunia Kembali Anjlok Akibat Lonjakan Tarif AS terhadap Tiongkok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: