Toxic Positivity: Ketika Ucapan Positif Terasa Negatif

Bahaya toxic positivity dan pentingnya empati serta ruang bagi emosi negatif demi kesehatan mental yang lebih seimbang. --Psychology Magazine
Paksaan untuk "tetap positif" juga bisa menimbulkan rasa bersalah atau penyalahan diri, apalagi jika seseorang merasa gagal memenuhi ekspektasi sosial untuk selalu kuat dan ceria. Ini bisa menambah beban psikis dan memperburuk kondisi mental.
BACA JUGA: Kemenkes Bakal Wajibkan Dokter PPDS Tes Kesehatan Mental
Sebagai alternatif, dr. Jiemi menyarankan pendekatan yang lebih empatik, dengarkan tanpa menghakimi, beri ruang untuk meluapkan emosi, dan jangan terburu-buru memberi nasihat atau motivasi.
Saat seseorang merasa ingin menyerah, bantu mereka memahami akar dari rasa itu, bukan langsung menyuruh mereka untuk semangat. Bagi mereka yang sedang mengalami masa sulit, penting untuk menyadari bahwa perasaan negatif adalah hal yang wajar.
Menerima emosi dengan jujur adalah langkah awal untuk benar-benar memahami diri sendiri dan menghadapi realitas hidup, tanpa perlu berpura-pura bahagia sepanjang waktu. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber