Perang Dagang Masih Panas, AS Masih Buka Pintu Negosiasi dengan Tiongkok

Perang Dagang Masih Panas, AS Masih Buka Pintu Negosiasi dengan Tiongkok

Kombinasi foto menunjukkan Presiden AS Donald Trump (L) selama rapat umum kampanye pada 4 November 2024 dan Presiden Tiongkok Xi Jinping (R) di Paris pada tanggal 6 Mei 2024. Trump ingin buka kembali negosiasi tarif dagang dengan Tiongkok.--CHARLY TRIBALLEAU, Ludovic MARIN / AFP

Pemerintah AS sempat mencoba meredakan ketegangan dengan menghapus tarif tambahan pada produk-produk elektronik seperti smartphone, laptop, dan semikonduktor. 

Namun, Trump menegaskan bahwa langkah tersebut hanya bersifat sementara karena pemerintah masih mempertimbangkan penerapan tarif baru.

BACA JUGA:Penundaan Tarif Impor Trump Bikin Lega, Indonesia Jajaki Negosiasi dengan AS

Sementara itu, Presiden Tiongkok Xi Jinping memulai lawatannya ke Asia Tenggara dengan mengunjungi Vietnam. 


Presiden Tiongkok Xi Jinping (Kiri) dan Ketua Majelis Nasional Vietnam Tran Thanh Man berjabat tangan pada pertemuan di Hanoi. Presiden AS, Donald Trump, ingin membuka kembali negosiasi dengan Tiongkok meskipun ada ketegangan dalam perang tarif.--Athit Perawongmetha / POOL / AFP

Dalam pertemuannya dengan Presiden Vietnam, To Lam, Xi menyampaikan pandangannya bahwa proteksionisme hanya akan merugikan semua negara. 

Ia mengajak negara-negara di kawasan untuk melawan kebijakan sepihak dan menjaga kelancaran perdagangan bebas dunia.

BACA JUGA:Prabowo Upayakan Pertemuan dengan Trump untuk Bahas Tarif Impor

Meskipun suasana masih penuh ketegangan, Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Trump tetap yakin akan tercapainya kesepakatan dengan Tiongkok. 

Namun, beberapa pejabat dalam pemerintahannya menyebutkan bahwa mereka masih menunggu langkah awal dari pihak Tiongkok untuk memulai kembali pembicaraan.

Situasi ini telah memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan masyarakat global. Nilai tukar dolar AS mulai melemah, dan banyak investor yang mulai melepas obligasi pemerintah AS, yang biasanya dianggap sebagai instrumen investasi paling aman. 

BACA JUGA:Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?

Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan potensi resesi atau krisis ekonomi yang lebih luas.(*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: