Boeing Tertekan, Tiongkok Larang Pengiriman Pesawat AS

Logo Boeing terlihat di pabrik perusahaan di Renton, Washington, pada tanggal 15 April 2025. Raksasa penerbangan AS, Boeing, kini menemukan dirinya terseret ke dalam konflik perdagangan. Tiongkok perintahkan maskapai hentikan pengiriman pesawat Boeing aki--Jason Redmond / AFP
Sebuah pesawat C919 yang diproduksi oleh COMAC, dipamerkan di Beijing pada 28 November 2024. Tiongkok perintahkan maskapai hentikan pengiriman dan menunda pembelian peralatan dan suku cadang pesawat dari perusahaan AS--ADEK BERRY / AFP
Selain itu, program pesawat C919 milik perusahaan penerbangan dalam negeri Tiongkok, COMAC, juga masih bergantung pada pasokan suku cadang dari AS.
Jika Tiongkok benar-benar menghentikan semua impor komponen penerbangan dari Amerika, program tersebut bisa terganggu secara serius.
Seperti diketahui, produksi Boeing mengalami penurunan signifikan setelah masalah kualitas yang muncul pada insiden penerbangan pada Januari 2024.
Bahkan, dua pabrik mereka terhenti operasinya akibat pemogokan buruh pada musim gugur.
BACA JUGA:Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?
Data menunjukkan, ekspor pesawat komersial AS turun dari USD 4,2 miliar pada Agustus menjadi hanya USD 2,6 miliar pada September 2024.
Boeing pun kehilangan pendapatan langsung akibat pembekuan pengiriman. Sebab, biasanya mereka menerima sekitar 60 persen pembayaran saat pengiriman.
Situasi itu memperparah tekanan terhadap arus kas yang sudah melemah sejak akibat dari pandemi Covid-19.
BACA JUGA:Badai Tarif Trump, Strategi Geopolitik atau Gertakan Dagang?
Di sisi maskapai, beberapa perusahaan luar negeri juga mulai mempertimbangkan ulang jadwal pengiriman pesawat mereka.
CEO Ryanair Michael O’Leary mengaku bisa menunda pengiriman 25 unit pesawat Boeing jika dikenakan tarif lebih tinggi.
Sementara itu, CEO Delta Air Lines Ed Bastian menyatakan tidak akan membayar bea masuk untuk pesawat Airbus yang dipesan tahun ini.
*) Mahasiswa magang dari UIN Sunan Ampel Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: