Dua Eks Pemain Sirkus Taman Safari Bongkar Kisah Penyiksaan, Sempat Disetrum dan Dipasung

Dua Eks Pemain Sirkus Taman Safari Bongkar Kisah Penyiksaan, Sempat Disetrum dan Dipasung

vivi dan Butet bongkar kasus penyiksaan yang mereka alami saat menjadi pemain sirkusi di Taman Safari Indonesia di YouTube Forum Keadilan TV.-Tangkapan Layar-

BACA JUGA:Persebaya Libur Latihan, Paulo Victor ke Taman Safari Bersama Keluarga

"Adapun kesalahan itu karena saya pacaran dengan salah satu pekerja dan saya dipukuli dengan kayu kemudian dipasung oleh Frans," kenangnya.

Butet mengaku sempat dirantai selama dua bulan. Saat itu, dirinya sedang mengandung anak hasil hubungannya dengan salah satu pekerja sirkus.

Bayinya kemudian diambil oleh istri Yansen dan dijadikan pemain sirkus juga.

Ia akhirnya memutuskan melarikan diri pada tahun 1994 karena merasa tidak kuat dengan perlakuan yang diterimanya, serta tidak melihat adanya masa depan di dunia sirkus tersebut.

Dirinya baru bertemu kembali dengan anaknya saat sang anak berusia 17 tahun dan sudah menjadi pemain sirkus yang dilatih sejak kecil.

Sebelumnya, Tony Sumampau selaku salah satu pendiri Taman Safari Indonesia menjawab isu kekerasan dan eksploitasi yang melibatkan mantan pemain sirkus OCI.

BACA JUGA:The Greatest Show Pakuwon City Mall, Hadirkan Grup Sirkus Klasik-Modern dari Rusia

"Sama sekali tidak benar. Kalau memang itu benar kejadiannya karena tahun 1997 itu kan ada yang melapor," ujarnya di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Tony membantah adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak Taman Safari terhadap mantan pemain sirkus OCI yang telah bertahun-tahun tampil di berbagai tempat termasuk TSI.

Ia pun menantang para penuding untuk menunjukkan bukti kekerasan yang dilakukan oleh pihak Taman Safari Indonesia.

BACA JUGA:Sejarah Pertunjukan Sirkus, Konsep Hiburan yang Eksis sejak Era Roma Kuno

Menurutnya, mantan pemain sirkus tersebut dulunya diambil dari tempat prostitusi di kawasan Kalijodo, Jakarta dan dirawat sejak masih bayi.

"Dari bayi, masih bayi. Membesarkan mereka bukannya gampang, ada suster yang jagain," terangnya.

Ketika masalah tersebut muncul beberapa tahun lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan yang dilakukan pihak TSI untuk menampung mereka sudah benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: