Vinyl Tetap Laku di Era Streaming Musik Digital, Jadi Tren Gen Z

Tren vintage menjadi alasan mengapa vinyl digandrungi generasi Z--Hunky Dory Vinyl
Ilustrasi toko vinyl yang ramai akan pembeli karena minat terhadap vinyl semakin meningkat.--
Dengan naiknya jumlah penjualan vinyl, banyak penyanyi memutuskan untuk mengeluarkan vinyl dengan berbagai macam varian. Seperti vinyl aesthetically pleasing yang estetik.
Para kolektor pun selalu berburu vinyl. Terlebih vinyl yang spesial atau limited edition. Apalagi vinyl dengan tanda tangan asli penyanyi. Itu membuatnya menjadi lebih berharga.
BACA JUGA:Alasan Di Balik Tren Kamera Digital Jadul seperti DSLR Lama dan Pocket Cam
5. Kualitas Audio
Banyak yang berpendapat bahwa kualitas musik terdengar lebih baik ketika didengarkan melalui vinyl. Atau ada yang lebih suka ciri khas suara dari vinyl. Mulai dari deritan jarumnya, derak, atau yang disebut pecinta vinyl sebagai "crackle and pop". Semua itu menciptakan nuansa yang berbeda.
Permasalahan yang Muncul
1. Biaya Mahal
Mengoleksi vinyl bukanlah hobi yang murah. Harga satu vinyl dalam kondisi baru saja dibanderol paling tidak ratusan ribu rupiah. Itu untuk satu album saja.
Terlebih Anda harus menghabiskan uang untuk membeli pemutar vinyl atau turntable. Tak lupa juga dengan amplifier dan sound speakernya. Setelah alatnya lengkap, baru Anda bisa mendengarkan piringan hitam.
BACA JUGA:Saiman Andi Pelit Pinjamkan Koleksi Kaset dan Piringan Hitam Raja Dangdut
2. Overconsumption
Kolektor vinyl yang memburu segala versi vinyl dari album dan artis yang sama--
Beberapa seniman memanfaatkan tren itu dengan merilis banyak versi vinyl. Setiap vinyl memiliki perbedaan. Meskipun perbedaannya kecil. Hanya sebatas warna piringan, bonus track, atau edisi-edisi spesial lainnya.
BACA JUGA:Tren Gaya Hidup Berkelanjutan 2025, Dari Fashion hingga Pilihan Konsumsi
Hal itu menciptakan dilema tentang environmental sustainability atau keberlanjutan lingkungan. Produksi vinyl membutuhkan banyak sumber daya. Juga mengeluarkan limbah sisa seperti gas rumah kaca yang bisa merusak lingkungan. (*)
*) Mahasiswi magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: the vinyl alliance