Saatnya Kita Bicara Emas dan Freeport

Saatnya Kita Bicara Emas dan Freeport

ILUSTRASI Saatnya Kita Bicara Emas dan Freeport.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Pada 2022, produksinya mencapai sekitar 1.798.000 ons emas, menempatkan PTFI sebagai perusahaan tambang emas terbesar kedua di dunia, setelah Tambang Olimpiada di Rusia. 

Sedangkan pada 2024, Grasberg menempati urutan ketiga terbesar setelah Nevada Mines (Nevada, AS) dan Muruntau (Uzbekistan). Tambang Olimpiada, Rusia, turun ke level keempat.

BACA JUGA:Dukungan PLN untuk Hilirisasi Industri, Selesaikan Pasokan Tambah Daya Smelter PT Freeport Indonesia

BACA JUGA:Freeport Diterjang Banjir dan Longsor

Tambang Grasberg PTFI itu sangat  istimewa karena letaknya di pegunungan tinggi, menjadikannya sebagai tambang yang memiliki tantangan logistik dan teknik ekstrem. 

Namun, hal itu berarti juga: Grasberg menyimpan cadangan mineral emas, tembaga, dan perak sangat besar. Maka mutlak, tambang PTFI harus beroperasi secara intensif dengan teknologi mutakhir dan dukungan tenaga kerja sangat besar.

Betul bahwa tak banyak orang yang beruntung bisa mengintip langsung ”dapur” PTFI di satu titik terpencil di dataran tinggi Pegunungan Sudirman di Kabupaten Mimika. Eksklusif dan elusif, demikian kesan yang dirasakan, saat menginjakkan kaki di Grasberg, salah satu kawasan tambang mineral dengan deposit tembaga dan emas terbesar di dunia. 

Sulit untuk tak terperangah, menyaksikan langsung teknologi canggih yang melibatkan  puluhan ribuan manusia, dalam proses penambangannya.

Mungkin sulit bagi orang awam, untuk membayangkan bijih yang telah ditambang, harus melewati beberapa proses. Sebab, emasnya tidak ujuk-ujuk muncul dari bawah tanah. Ia terkandung dalam bijih tembaga sebagai byproduct

Artinya, ketika tembaga diekstraksi, emas dan perak juga ikut terbawa dan kemudian dipisahkan melalui serangkaian proses yang membutuhkan teknologi tinggi.

Diawali dengan proses crushing and grinding, yakni pengolahan berupa penghancuran dan penggilingan bijih menjadi partikel halus. Kemudian, partikel halus itu dicampur dengan air dan bahan kimia, atau disebut proses flotasi. 

Bahan kimia khusus yang digunakan, antara lain, kolektor seperti xantat dan frother seperti MIBC, yang membuat mineral seperti tembaga dan emas menempel pada gelembung udara. Gelembung itu kemudian naik ke permukaan, lalu terbentuk buih yang dikumpulkan sebagai konsentrat. 

Konsentrat mentah merupakan hasil awal dari proses pengolahan bijih tambang (misalnya, bijih tembaga dari Freeport). Berbentuk serbuk halus berwarna keabu-abuan atau kehijauan. Konsentrat itu memang sudah terpisah dari batu-batuan tak berguna, tapi belum dimurnikan menjadi logam murni.

Dalam serbuk konsentrat yang terkumpul itu, umumnya mengandung ±25–30 persen tembaga serta emas dan perak dalam jumlah tinggi. Setelah terjadi pemisahan mineral berharga seperti tembaga, emas, dan perak, memasuki proses pengeringan dan pengangkutan.

Proses pengeringan dan pengangkutan dilakukan dengan mengalirkan  konsentrat melalui pipa konsentrat sepanjang 110 km ke Pelabuhan Amamapare. Kemudian, hasil tersebut dikeringkan, lalu dikirim ke smelter –kini ke smelter di Gresik– untuk dimurnikan lagi, demi mengubah tembaga menjadi katode tembaga (Cu murni 99,99 persen) dan emas menjadi batangan emas murni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: