Perang Dagang dan Momentum UMKM Indonesia

ILUSTRASI Perang Dagang dan Momentum UMKM Indonesia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
PERANG DAGANG yang terjadi sekarang ini sudah diwacanakan Donald Trump sejak 38 tahun yang lalu. Mengutip Australian Financial Review (AFR), pada 1987, Trump pernah memasang iklan satu halaman penuh di The New York Times dan beberapa surat kabar lainnya. Ia mengeluhkan tentang bagaimana sistem ekonomi global merugikan Amerika Serikat (AS).
Trump dikenal sebagai pengusaha muda bidang properti sukses di usia 40 tahun. Dalam surat terbukanya, Trump merasa keberatan dengan dampak dolar AS yang kuat pada manufaktur, biaya bantuan militer untuk sekutu, dan surplus perdagangan Jepang.
”Akhiri defisit besar kita, kurangi pajak, dan biarkan ekonomi terus tumbuh”. Wacana tersebut tentu saja tidak terlaksana karena Trump bukan presiden AS kala itu.
BACA JUGA:Ford Hentikan Ekspor Sejumlah Mobil ke Tiongkok Akibat Tarif Perang Dagang
BACA JUGA:Perang Dagang Masih Panas, AS Masih Buka Pintu Negosiasi dengan Tiongkok
Presiden Ke-40 AS Ronald Reagan pernah memberlakukan tarif 100 persen atas barang-barang Jepang sebagai sanksi balasan yang ditujukan pada produk elektronik senilai USD 300 juta dalam sengketa semikonduktor pada 1987.
Dalam pidatonya, Reagan memperingatkan bahwa tarif tinggi sering kali mengakibatkan pembalasan, peningkatan hambatan perdagangan, dan merugikan ekonomi.
”Tarif yang tinggi pasti akan menyebabkan pembalasan oleh negara lain dan memicu perang dagang yang sengit, menyebabkan perekonomian global tidak stabil,” kata Reagan dalam pidatonya seperti dikutip dari India Today.
BACA JUGA:Sebut Xi Jinping 'Kawan Lama', Trump Kirim Sinyal Damai di Tengah Perang Dagang?
BACA JUGA:Harga Emas Dunia Naik 3% di Tengah Gejolak Perang Dagang AS-Tiongkok
Genderang perang dagang sudah dimulai pada 2016. Secara konsisten di setiap kampanye, Trump mengatakan bahwa perdagangan AS dengan Tongkok sebagai penyebab utama hilangnya industri manufaktur dan kekayaan intelektual di AS.
Tiongkok bertanggung jawab atas ”pencurian besar dalam sejarah dunia” dan mengecam defisit perdagangan AS dengan Tiongkok yang mencapai sekitar USD 346 miliar.
Dalam kampanyenya, Trump menyampaikan bahwa Tiongkok merupakan manipulator mata uang. Saat menjabat di periode pertama, Trump mulai melancarkan perang dagang untuk menekan Tiongkok agar menerapkan perubahan signifikan pada aspek-aspek sistem ekonominya.
BACA JUGA:Resistansi Indonesia dalam Menghadapi Perang Dagang Tarif Trump
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: