Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan

Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan

Hari Buruh dan Hari Pendidikan memperlihatkan ironi antara penghargaan simbolik dan realita perlakuan terhadap pekerja dan pendidik.-Nicolas Menijes-

BACA JUGA: Pergulatan Integritas di Dunia Pendidikan

Namun, ini dilakukan tanpa memperhatikan keseluruhan kepentingan dan kesejahteraan pendidik itu sendiri. Penggunaan gambar mereka bahkan setelah mereka meninggal atau mengundurkan diri, menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap hak individu dan privasi mereka.

Kedua, dalam hal merekrut staf pendidik baru, fokus ditempatkan pada kriteria seperti usia muda, keterampilan teknologi, dan dedikasi tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pendidikan lebih memprioritaskan aspek-aspek tertentu daripada kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Penting untuk diingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang nilai-nilai, etika, dan kepedulian terhadap siswa. Menjadi catatan penting terhadap matinya adagium Ing Ngarso sung Tulodho.

BACA JUGA: Aspirasi Siapkan 11 Tuntutan untuk May Day, Soroti Pekerja Digital hingga Eksploitasi Gen Z

Yang ketiga, dan mungkin yang paling menonjol, adalah perubahan perilaku dan sikap pendidik yang menjadi lebih arogan dan tidak responsif terhadap kebutuhan terdidik.

Pendidik seharusnya menjadi teladan bagi siswa, baik dalam sikap, tindakan, maupun keputusan. Namun, jika mereka menggunakan kekuasaan mereka untuk kepentingan pribadi dan tidak memperhatikan aspirasi mereka, ini bisa menciptakan ketidakseimbangan dan ketidakpuasan dalam lingkungan pendidikan.

Kesemuanya ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran akan pentingnya etika dan integritas dalam manajemen pendidikan.

BACA JUGA: Regulasi Baru Jaminan Kehilangan Pekerjaan, Dampak Efisiensi Anggaran?


Etika dan integritas menjadi fondasi utama dalam menciptakan manajemen pendidikan yang adil dan manusiawi.-Odua Images-

Pendidik harus dihormati, diberdayakan, dan dianggap sebagai mitra dalam proses pendidikan, bukan hanya alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Ini membutuhkan budaya organisasi yang inklusif, transparan, dan berorientasi pada keadilan, di mana peran dan kontribusi setiap anggota komunitas pendidikan dihargai dan dihormati.

Garis merah antara perayaan Hari Buruh dan Hari Pendidikan mengungkap sebuah paradoks yang menarik. Di satu sisi, ada upaya untuk merayakan kontribusi dan perjuangan pekerja dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

BACA JUGA: Gotong Royong dalam Pendidikan

Namun, di sisi lain, terdapat ironi di mana banyak dari mereka yang setia dan berdedikasi terhadap organisasi sering tidak mendapatkan apresiasi yang sepadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: