Tantangan Nyata Brand Kecantikan Indonesia di Balik Euforia Skincare dan Make-up

ILUSTRASI Tantangan Nyata Brand Kecantikan Indonesia di Balik Euforia Skincare dan Make-up.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
DALAM satu dekade terakhir, industri kecantikan di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, yang kemudian melahirkan berbagai brand kecantikan lokal. BPOM mencatat, industri itu mengalami pertumbuhan mencapai 9,61 persen pada tahun 2020/2021 dan menjadi salah satu pendukung perekonomian nasional.
Hal itu juga dipengaruhi oleh penggunaan media sosial dan pesatnya perkembangan alat pemasaran digital seperti e-commerce untuk menjangkau konsumen dari berbagai kalangan.
Akan tetapi, dalam dua tahun terakhir, sektor itu mulai mengalami penurunan. Beberapa brand baru yang sebelumnya melaju pesat harus gulung tikar di tahun 2024 karena tidak mampu bertahan di tengah persaingan yang ketat.
BACA JUGA:Brand Kecantikan Lokal Mulai Runtuh: Imbas ’Fast Beauty’ yang Makin Marak?
Konsumen bahkan dikejutkan dengan viralnya PHK massal secara sepihak dari PT Avo Innovation Technology. Padahal, Avoskin (brand dari PT tersebut) adalah salah satu pionir brand kecantikan lokal yang dikenal akan kualitasnya.
Buntut dari masalah itu adalah kekecewaan publik karena adanya pelanggaran etika dan aturan oleh perusahaan. Di sisi lain, itu juga membuktikan bahwa industri kecantikan lokal sedang tidak baik-baik saja.
Permasalahan itu disebabkan berbagai hal, apa saja?
ISU FAST-BEAUTY
Indonesia memiliki komunitas konsumen besar yang cenderung konsumtif. Tingginya viralitas informasi turut menjadi katalisator perubahan tren dan minat beli. Konsumen selalu didorong untuk membeli produk baru agar tidak ketinggalan tren.
Hal itu menciptakan fenomena fast-beauty. Berbagai risiko bermunculan. Mulai inovasi dan kualitas produk yang asal-asalan hingga perubahan perilaku konsumen dan pola konsumsi yang tidak sehat. Pelanggaran aturan dan etika pun dapat terjadi.
Selain itu, fast-beauty menimbulkan kejenuhan pasar. Saking banyaknya brand kecantikan lokal bermunculan dengan produk dan strategi promosi yang seragam, konsumen dihadapkan dengan banyak pilihan yang memusingkan.
Kolaborasi dengan beauty influencer tidak lagi menjadi strategi yang jitu. Sebaliknya, malah terkadang menjadi pedang bermata dua. Pada satu sisi, ulasan beauty influencer dapat meningkatkan brand awareness. Di sisi lain, konsumen mengalami kebingungan antara mana ulasan yang jujur dan tidak.
Potongan harga juga kerap digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan penjualan. Akan tetapi, hal itu menurunkan eksklusivitas brand dan memunculkan keraguan akan kualitas. Dari sini, brand image yang positif pun tidak akan tercipta.
MINIMNYA INTERAKSI LANGSUNG DENGAN KONSUMEN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: