Kelelahan dan Komorbid Jadi Pemicu Utama Kematian Jamaah Haji, Ini Imbauan Kemenkes

Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) stanby selama kedatangan jamaah di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah, Arab Saudi.-Media Center Haji 2025-
Kesuksesan ibadah haji para jamaah bergantung pada diri mereka sendiri. Sebab, penghalang yang paling berat juga datang dari diri sendiri. Banyak yang kehabisan energi dan tenaga sebelum musim puncak haji di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna).
—--
Kasus kematian jamaah haji di Tanah Suci masih menjadi perhatian yang serius setiap tahun. Jumlah jamaah haji yang meninggal tahun lalu tembus 461 orang. Menurun ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai 773 orang.
Angka kematian itu biasanya didominasi oleh para jamaah yang punya komorbid. Mereka punya penyakit yang berisiko tinggi. Yang paling banyak seperti kelompok penyakit jantung.
BACA JUGA:Kemenag Ingatkan Bahaya Haji dengan Visa Non-Haji, Sanksi Deportasi Mengintai
Tahun lalu, misalnya, sebanyak 175 jamaah terdiagnosa penyakit jantung. Itu terhitung 37 persen dari total 461 jamaah haji yang meninggal. Sisanya penyakit paru, shock akibat infeksi, diabetes, hingga shock akibat kekurangan cairan.
Sebetulnya, risiko kematian itu bisa diminimalkan. Yakni dengan meningkatkan kesadaran dan mawas diri para jamaah haji. Mereka yang punya penyakit berisiko tinggi sebaiknya tak memaksakan diri dalam beribadah.
BACA JUGA:DPR Desak Kemenag Tertibkan Travel Haji dan Umrah yang Nakal
“Jika kelelahan langsung istirahat. Jangan dipaksakan,” ungkap Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Liliek Marhaendro Susilo kepada awak Media Center Haji di Asrama Haji Cipondoh, Senin, 6 Mei 2025.
Masalahnya, masih banyak jamaah haji yang berlaku sebaliknya. Banyak yang bandel. Terutama ketika kali pertama tiba di Tanah Suci. Mereka langsung melaksanakan umrah wajib, padahal fisiknya sudah sangat kelelahan.
Akibatnya, banyak yang kelelahan setelah itu. Seharusnya, para jamaah itu bisa istirahat sejenak terlebih dahulu. Itulah yang akan terus dimonitor oleh Pusat Kesehatan Haji Kemenkes.
BACA JUGA:Jamaah Haji Dibekali Makanan Siap Saji untuk Ibadah Armuzna
Liliek mengatakan, pihaknya memprioritaskan para jamaah haji yang punya komorbid yang berisiko tinggi. Termasuk riwayat hipertensi dan diabetes. Kesehatan mereka akan dipantau secara rutin setiap hari oleh petugas kelompok terbang (kloter).
“Jadi biar terkendali. Karena yang paling banyak meninggal itu lansia, usia 60 sampai 80 tahun,” jelasnya.
Timnya pun akan mengendalikan aktivitas fisik para jamaah prioritas itu. Baik di Makkah maupun Madinah. Ketua regu, ketua rombongan, dan ketua kloter dijadikan agen kesehatan untuk mengendalikan aktivitas para jamaah prioritas.
BACA JUGA:Belum Puas dengan Penurunan Ongkos Haji Rp 4 juta, Prabowo: Kalau Bisa Lebih Murah Dari Malaysia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: