Eksotika Bromo 2025 Hadir Kembali, Sajikan Simfoni Budaya, Alam, dan Spiritualitas di Tengah Lautan Pasir

Eksotika Bromo 2024 (2): Suku Tengger tampilkan Bumi Hila Hila. Kelompok seni Suku Tengger mementaskan drama berjudul Cikal Bakal Bumi Hila Hila.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Lautan Pasir Bromo kembali menjadi panggung spektakuler untuk Eksotika Bromo Festival 2025.
Gelaran budaya itu menyajikan beragam seni tradisi. Sekaligus menyuarakan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Festival tahunan itu telah memasuki tahun kedelapan. Eksotika Bromo pertama kali digelar pada 2017.
BACA JUGA:Eksotika Bromo 2024 (1), Serunya Para Penampil, Salah Satunya dari Korea Selatan
Tahun ini, ajang itu berlangsung pada 20-22 April 2025. Membawa semangat baru dan kemitraan yang semakin solid.
Eksotika Bromo diselenggarakan oleh komunitas JatiSwara. Tahun ini, komunitas tersebut menggandeng Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
“Tahun ini, TNBTS tak hanya mendukung. Tapi juga ikut menjadi penyelenggara bersama JatiSwara,” ujar Heri Lentho, pembina komunitas JatiSwara.
Belian Sentiu, tarian khas Suku Dayak Benuaq dalam Eksotika Bromo 2025. Itu merupakan tarian suci untuk memanggil ruh leluhur dan menyucikan suatu tempat.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Eksotika Bromo 2024 (2): Suku Tengger tampilkan Bumi Hila Hila
Kepala TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha, menegaskan pentingnya mendukung acara tersebut. “Eksotika Bromo adalah event nasional. Akan ada banyak penampil dari berbagai daerah di Indonesia. Kami siap membantu semaksimal mungkin,” ungkapnya.
Untuk membantu pelestarian lingkungan, setiap pengunjung yang hadir dalam event tersebut diwajibkan membawa satu bibit pohon.
"Bibit-bibit itu akan ditanam di lingkungan lereng Bromo pada musim hujan. Praktiknya, TNBTS bisa berpartisipasi bersama JatiSwara dan masyarakat sekitar. Sebagai sarana penghijauan," ungkap Rudijanta.
BACA JUGA:Ruwat Rawat Segara Gunung, Tema Eksotika Bromo 2023
Eksotika Bromo 2025 adalah sebuah perayaan yang menyatukan denting gamelan, irama campursari, hingga perkusi tradisional dari berbagai daerah. Semua itu menyatu dalam suasana magis pegunungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: