Putin Usulkan Negosiasi Damai dengan Ukraina di Istanbul, Tak Tanggapi Seruan Gencatan Senjata 30 Hari

Putin Usulkan Negosiasi Damai dengan Ukraina di Istanbul, Tak Tanggapi Seruan Gencatan Senjata 30 Hari

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara kepada media setelah pertemuannya dengan para pemimpin asing di Moskow pada 11 Mei 2025. Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan pembicaraan langsung dengan Ukraina.--Gavriil GRIGOROV / POOL / AFP

Pada awal konflik, Rusia dan Ukraina pernah mengadakan pembicaraan langsung di Istanbul, namun gagal mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran.

Konflik terus berlanjut hingga kini.

Putin menegaskan komitmennya untuk mengikuti perundingan serius guna menyelesaikan akar penyebab konflik dan membangun perdamaian jangka panjang antara Rusia dan Ukraina.

Rusia kerap menyebut “akar penyebab” konflik sebagai sejumlah keluhan terhadap Kyiv dan negara-negara Barat. 

BACA JUGA:Ukraina dan AS Akhirnya Teken Kesepakatan Mineral setelah Perundingan Panjang

Klaim tersebut antara lain mencakup ekspansi NATO, dugaan diskriminasi terhadap penutur bahasa Rusia di wilayah timur Ukraina, serta tuduhan bahwa Ukraina terlalu condong ke arah Barat secara geopolitik.

Namun, Ukraina dan negara-negara Barat menolak semua klaim tersebut. Mereka menilai alasan yang disampaikan Moskow hanyalah dalih untuk melakukan invasi dan merebut wilayah secara paksa. 

Serangan Rusia dianggap sebagai bentuk agresi yang tidak sah baik secara hukum internasional maupun moral.

BACA JUGA:Prabowo dan Erdogan Dukung Kemerdekaan Palestina hingga Perdamaian Ukraina

Sejak invasi dimulai pada Februari 2022, puluhan ribu orang telah tewas, dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka.

Dalam pernyataannya, Putin juga menuduh negara-negara Barat berusaha memperpanjang perang dengan Rusia. 

Dengan usulan negosiasi tanpa syarat ini, dunia menanti apakah langkah Putin akan membuka jalan menuju perdamaian atau justru memperpanjang ketidakpastian konflik.(*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: