Membangun Kembali Kesadaran Budaya Arek di Surabaya Hari Ini

Membangun Kembali Kesadaran Budaya Arek di Surabaya Hari Ini

Budaya Arek yang egaliter dan penuh solidaritas dihidupkan kembali lewat seni pertunjukan dan kolaborasi antar komunitas di Surabaya Hari Ini.--Istimewa

HARIAN DISWAY - Budaya Arek bukan sekadar istilah populer di kalangan masyarakat Surabaya, tetapi sebuah identitas sosial yang terbentuk dari pengalaman kolektif dan sejarah masyarakat urban Jawa Timur.

Nilai-nilai seperti egalitarianisme dan gotong royong menjadi pondasi utama yang menyusun cara berpikir dan bersikap masyarakatnya.

Dalam masyarakat Arek, relasi sosial dibangun secara horizontal. Sapaan khas “rek” yang digunakan kepada siapa pun tanpa memandang status sosial mencerminkan sikap terbuka dan setara. 

Hal ini tak lepas dari latar belakang kota pelabuhan dan industri, tempat masyarakat pekerja dan pelajar saling bersinggungan dan tumbuh dalam semangat kemandirian serta keberanian menyuarakan pendapat.

BACA JUGA: Dua Lakon dalam Satu Ruang di Studio Kecil BMS

Namun, di tengah perkembangan kota yang semakin modern dan kompleks, nilai-nilai tersebut perlahan terkikis. Keprihatinan atas kondisi ini menjadi landasan lahirnya Forum Pegiat Kesenian Surabaya (FPKS).

Forum spontan yang terbentuk pada April 2025 itu langsung bergerak dengan menggelar acara pertamanya bertajuk Surabaya Hari Ini di Teras Dewan Kesenian Surabaya (DKS), Balai Pemuda, pada Selasa, 13 Mei 2025.


Para seniman seperti Widodo Basuki, Meimura, dan POSS Ensemble tampil dalam Surabaya Hari Ini sebagai bentuk nyata kebangkitan budaya Arek melalui seni.--Istimewa

Pagelaran Surabaya Hari Ini akan menampilkan ragam seni pertunjukan lintas generasi. Di bidang sastra, nama-nama seperti Widodo Basuki, Aming Aminoedhin, Imung Mulyanto, Ribut Wijoto, Tri Wulaning Purnami, dan Alfian Bahri.

Nama lainnya Peni Citrani Puspaning, Denting Kemuning, Nanda Alifya Rahmah, Igomarvel, Autar Abdillah, Harwi Mardianto, Mochamad Machmud, Heti Palestina Yunani, Deny Tri Aryanti, Tengsoe Tjahjono, dan Rohmat Djoko Prakosa akan membacakan puisi.

Penampilan monolog akan diisi oleh Meimura dan Dody Yan Masfa, sementara pidato kebudayaan akan disampaikan oleh Kuncarsono Prasetyo dari komunitas Begandring.

BACA JUGA: Pementasan Pelaminan Kosong di GNI Surabaya, Lewat Teater Suarakan Perempuan

Tak kalah menarik, pertunjukan musik juga turut meramaikan malam itu, dengan partisipasi dari B Jon, Pardi Artin, Prof. Rubi Castubi, Arul Lamandau, hingga POSS Ensemble di bawah arahan Heru Prasetyono.

Jil menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya pertunjukan seni semata, tetapi langkah awal membangun ruang bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: