Pusaran Konflik Femisida

HERLAMBANG Sigit saat konferensi pers di Mapolres Pasuruan Rabu, 14 Mei 2025.-Muhammad Hidayat-Memorandum.disway.id-
Mantan agen FBI dan kontributor ABC News Brad Garrett mencatat dua jenis femisida: direncanakan dan spontan.
Garrett: ”Golongan spontan adalah orang-orang yang mungkin memiliki riwayat melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Mungkin bermasalah ketergantungan alkohol atau narkoba.”
Dilanjut: ”Golongan berencana, motifnya sering kali kecemburuan atau keserakahan. Misalnya, mereka menjadi marah karena istri menjadi sangat sukses di karier.”
Kata Garret, femisida berencana umumnya tidak direncanakan dengan baik. Sebab, ”mereka begitu terdorong untuk menyingkirkan pasangannya sehingga mereka bahkan tidak memikirkan hal-hal logis seperti: ponsel saya dapat dilacak polisi.”
Secara terpisah, Direktur Kebijakan Publik, Futures Without Violence, Kiersten Stewart menjelaskan, ”Inti dari KDRT adalah kekuasaan dan kendali.”
Dilanjut: ”Jika suami posesif… selalu ingin mengontrol dengan siapa Anda berbicara, apa yang Anda kenakan, ke mana Anda pergi...itu adalah tanda bahaya.”
Jika suami merasa kehilangan kendali, misalnya, ia kehilangan pekerjaan atau pasangannya memberikan perhatian kepada orang lain, istri akan merasa bahwa suami mencoba mengendalikan dan mulai menjauh. Garrett memperingatkan, saat itulah kekerasan dalam rumah tangga akan dimulai.
Pembunuhan dalam rumah tangga tetap menjadi ancaman jika pasangan tersebut telah berpisah.
Garrett: ”Setelah berpisah, pelaku kekerasan masih membawa serta semua amarah, dendam, dan kebencian. Sebab, ia sudah kehilangan kendali. Di saat itu mantan istri tetap dalam bahaya.”
Posesif adalah perilaku seseorang, merasa menjadi pemilik orang lain. Sehingga membuat mereka ingin mengontrol dan menguasai orang itu. Karena itulah, posesif sering kali disebut dengan controlling behaviour.
Pria posesif itu kekanak-kanakan dan cemburuan. Ia tidak dapat memahami bahwa istri bisa memiliki rekan pria dan boleh bergaul dengan mereka. Antara lain, di tempat kerja. Bukan berarti pasti selingkuh.
Teori Garrett itu jika dikaitkan dengan kasus pembunuhan Yulina kelihatan benang merahnya: sudah delapan tahun menikah, tersangka masih hidup serumah dengan ibunda. Merasa ia masih kanak-kanak.
Anak sulung sudah delapan tahun menikah, belum punya anak, tinggal serumah dengan ibunda. Dalam budaya Indonesia, itu berpotensi konflik. Jika ibunda mengatakan, ”Kapan ya… saya bisa menimang cucu?”
Perkataan itu adalah percik api, yang jika pasutri tidak jago manajemen konflik, bisa berubah menjadi kobaran api. Masuk pusaran konflik. Selanjutnya, aneka hal negatif bisa terjadi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: