Secret of Eden: Ketika Akar, Bunyi, dan Luka Alam Bersatu di ARTJOG 2025

Secret of Eden: Ketika Akar, Bunyi, dan Luka Alam Bersatu di ARTJOG 2025

Secret of Eden, karya instalasi Anusapati yang punya makna refleksi diri. --ARTJOG

HARIAN DISWAY - Sebuah lorry tua berdiri diam di tengah bangunan. Akar-akar munggur menyembul dari lantai, mengancam merobek fondasi beton.

Besi, batang pohon mati, dan potongan kayu teronggok seperti fragmen sejarah yang terlupakan. Di sela bebatuan, terdengar suara logam bergesek dengan air dan desir angin. Bukan dari alam—ini adalah instalasi seni.

Dialah Anusapati, perupa kontemporer yang kembali memukau publik di ARTJOG 2025 lewat karyanya bertajuk Secret of Eden. Menggandeng komponis Tony Maryana, Anusapati menciptakan lanskap multisensorial yang menggabungkan patung, bunyi, dan ingatan ekologis menjadi satu pengalaman yang menggugah.

Selama hampir empat dekade, Anusapati dikenal sebagai seniman yang setia pada kayu sisa. Bagi sebagian orang, batang mati itu tak berguna. Tapi bagi Anusapati, di situlah kisah bermula.

BACA JUGA:Tender Notes Aditya Novali: Uang Kertas Jadi Arsip Bergerak di ARTJOG 2025

BACA JUGA:Dian Suci Rahmawati, Menyuarakan Politik Tubuh dan Rumah Lewat Instalasi di ARTJOG 2025


Bagian atas Secret of Eden karya Anusapati. --ARTJOG

Sejak kembali dari Amerika Serikat pada awal 90-an, ia telah menanggalkan estetika patung modern yang kaku. Tak ada lagi figur gagah berdiri tegak di atas penyangga.

Sebagai gantinya, Anusapati menoleh ke bentuk perkakas, potongan kayu, akar, dan serpihan pohon. Baginya, tak ada batas antara pohon, kayu, dan alat.

Semuanya menyatu sebagai penanda hubungan manusia dan alam. Dalam Secret of Eden, kita diajak merenungi: bagaimana jika taman Eden bukan surga, tapi puing-puing dunia yang pernah kita kenal?

Estetika yang diusung Anusapati mengaburkan batas antara seni, kehidupan, dan lingkungan. Ia menyebut pendekatannya sebagai "patung setelah seni patung", yang menekankan pentingnya integrasi antara manusia dan alam dalam praktik seni.

BACA JUGA:Seni Jadi Amalan: Kilas Balik ARTJOG dari Surabaya ke Yogyakarta

BACA JUGA:Reza Rahadian Buat Karya Seni Eudaimonia di ARTJOG 2025, Terinspirasi dari Filsafat Yunani Kuno

Ia tidak menawarkan keindahan sebagai pelarian, melainkan sebagai ruang refleksi akan keterputusan manusia dengan lingkungan hidupnya.

Karya ini menyajikan lima patung kayu munggur, dahan mati, besi, dan struktur lori tua di atas rel. Semua tersaji dalam kekontrasan antara keras dan rapuh, antara teknologi dan alam, antara keheningan dan kegaduhan. Material yang digunakan bukan sekadar media, melainkan simbol dari luka ekologis yang kita warisi.

Sebagai perluasan dari bentuk visual, suara turut menjadi medium utama dalam karya ini. Tony Maryana, komponis musik elektro-akustik asal Bandung, menyusun komposisi suara yang menyusup ke setiap celah instalasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: