Begok Oner di ARTJOG 2025: Puisi dalam Reruntuhan, Cahaya dari Ingatan
Salah satu karya Begok Oner dengan judul Yang Terbuang Menemukan Jalan Pulang dengan Bentuk Terpampang. --ARTJOG
HARIAN DISWAY - Dari reruntuhan, lahirlah harapan. Begitu kira-kira pesan yang disampaikan seniman grafiti asal Cilacap, Begok Oner, lewat karyanya yang terpajang di ARTJOG 2025.
Tajuk karyanya panjang dan reflektif: Yang Terbuang Menemukan Jalan Pulang dengan Bentuk Terpampang (After Suwage dan Tita Rubi). Tapi maknanya sederhana—tentang puing, ingatan, dan kemungkinan pulang.
Karya instalasi ini dibangun dari pecahan hebel—bahan bangunan yang lazim dianggap remeh. Tapi di tangan Begok, potongan-potongan itu disusun menjadi lingkaran besar berdiameter tiga meter, lengkap dengan bubuk reflektif, sticker, dan cat semprot.
Pecahan masa lalu itu kini tampil utuh, seperti tubuh yang menyimpan trauma namun tetap berdiri. Menariknya, material utama karya ini diambil dari reruntuhan fasad ARTJOG tahun lalu.
BACA JUGA:Pau Ma Lu di ARTJOG 2025 Membaca Keheningan Lewat Lukisan
BACA JUGA:Sal Priadi Merasa Tertampar saat Mengunjungi Pameran Seni ARTJOG 2025
Detail dari seni instalasi milik Begok Oner. --ARTJOG
Sebuah keputusan artistik sekaligus politis: bahwa yang dianggap sisa bisa jadi pesan. Di permukaan batu-batu itu, teks reflektif tersembunyi akan menyala saat disorot lampu flash. Seakan memberi pesan: memori tak pernah mati, hanya menunggu disorot kembali.
Begok Oner, nama yang akrab di komunitas street art sejak 2017, memang tak pernah berhenti bereksperimen. Sejak menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret Surakarta, ia rajin mengangkat isu-isu ruang kota, perobohan, dan kehilangan.
Ia adalah pemenang UOB Painting of the Year kategori Most Promising Artist (2023), dan kini, lewat ARTJOG, pesannya makin lantang: kota adalah tubuh yang terus diganti-ganti kulitnya.
ARTJOG 2025 sendiri mengusung tema Motif: Amalan, bagian akhir dari trilogi kuratorial sejak 2023. Jika dua tahun sebelumnya menyoroti Lamaran dan Ramalan, tahun ini fokus pada praktik artistik sebagai amalan hidup—konsisten, berulang, dan kontekstual.
BACA JUGA:Secret of Eden: Ketika Akar, Bunyi, dan Luka Alam Bersatu di ARTJOG 2025
BACA JUGA:Tender Notes Aditya Novali: Uang Kertas Jadi Arsip Bergerak di ARTJOG 2025
Dalam konteks itu, karya Begok terasa sangat relevan. Ia tidak hanya memamerkan estetika reruntuhan, tapi juga menghidupkan makna sosial di baliknya.
Dalam penuturan kuratorial, karya ini adalah bentuk penghormatan terhadap ruang yang hilang dan mereka yang terpinggirkan. Bagi Begok, reruntuhan bukan akhir, tapi awal dari penemuan baru.
Ia pernah menyampaikan dalam wawancara, bahwa setiap puing bangunan punya kisah: rumah warga yang digusur, pasar yang diganti mal, atau tembok-tembok yang dulunya penuh mural kini dilapisi iklan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: